Judul Buku : Show
Your Work
Pengarang : Austin
Kleon
Penerbit : Noura
Books (Mizan)
Terbit : 2014
Tebal : 125 hlm.
ISBN :
978-602-1306-67-3
Rating : 4/5
Sinopsis :
Kata
Edgar Allan Poe, sebagian besar penulis takut jika proses berkaryanya diketahui
orang lain. Sementara itu, Pablo Picasso kerap membuat orang yang berkomunikasi
dengannya justru kehilangan energi dan motivasi berkarya. Ya, keduanya memang
maestro legendaris, tapi sekarang bukan saatnya lagi berkarya ala mereka. Bukan
juga zamannya Mozart sang genius musik. Ini eranya kamu, siapa pun kamu, bisa
berkarya! Lalu, apa kuncinya?
Tunjukkan
saja karyamu.
Di
zaman keterbukaan ini, semua orang punya kesempatan sama untuk jadi hebat.
Jangan sembunyikan proses kreatifmu. Undang orang-orang untuk melihatnya.
Jangan khawatir kritik, karena itu bahan pelajaran buatmu. Ide yang menurutmu
tidak menarik, siapa tahu luar biasa bagi orang lain. Lebih dari itu, karyamu
juga bisa menginspirasi orang lain. Jadi, tunggu apa lagi? Tak perlu ragu atau
malu. Berbagi karya membuatmu kaya!
“Semakin banyak kamu memberi, semakin banyak yang kembali kepadamu.” – Paul Arden
Resensi Buku :
Buku
Show Your Work ini adalah buku kedua karya Austin Kleon yang saya
baca. Sebelumnya ada buku Steal Like an Artist yang merupakan buku
tentang pencurian pengaruh dari orang lain. Sedangkan buku Show Your Work mengenai
cara memengaruhi orang lain dengan membiarkan mereka mencuri darimu. Mencuri
yang dimaksudkan adalah mencuri inspirasi, membiarkan mereka mengetahui apa
saja yang kamu lakukan selama berproses menjadi ahli di bidang yang kamu geluti.
Saat
ini, kita bisa mengikuti para seniman dan artist berkarya. Semua orang bisa
menunjukkan apa yang mereka kerjakan sehari-hari melalui insta story Instagram,
blog, foto, email, status panjang di facebook, twitter, dll. Nah, bagaimana
kita bisa tahu kegiatan di balik layar sebelum mereka berjibaku mempromosikan
karyanya? Mereka berbagi lewat media yang ada secara online untuk
menjangkau pembaca lebih banyak lagi.
Contohnya,
saat Dian Sastro memuat foto-fotonya saat syuting Film Kartini.
Menurut saya ini hal yang baik, agar orang sudah mulai penasaran dengan hasil
karyanya. Tunjukkan sedikit behind the scene dibalik pengambilan
gambarnya, misalnya saat kru film sedang sibuk menyiapkan setting tempat di
Jepara, betapa mahalnya biaya pembuatan kereta kencana zaman dulu yang dibuat
oleh kru film, bagaimana proses reading para pemain film sebelum
syuting. Dengan melihat cerita-cerita yang dibagikan lewat foto dan insta
story, calon penonton dan fans dapat menilai kesungguhan sang aktris dan aktor saat
mempersiapkan karyanya.
“Bayangkan bila atasanmu berikutnya tidak perlu membaca riwayat hidupmu karena sudah membaca blogmu. Bayangkan menjadi pelajar dan mendapat pekerjaan pertama berkat tugas sekolah yang kamu posting online. Bayangkan kehilangan pekerjaan tetapi punya jaringan kenalan yang akrab dengan karyamu dan siap membantumu menemukan pekerjaan baru. Bayangkan mengubah proyek sampingan atau hobi menjadi profesi karena ada peminat yang mendukungmu. Kamu hanya perlu menunjukkan karyamu.”
10 Cara Untuk Menunjukkan Karyamu :
1.
Tak perlu jadi
genius
Tidak perlu menjadi genius untuk bisa berkarya. Kamu bisa memulainya
dengan menjadi seorang yang amatir. Dengan selalu menganggap bahwa diri kita
amatir, kita membuka diri dari ide-ide baru di luar sana, dan terus menerus
belajar dari kesalahan dan kegagalan yang dialami. Amatir adalah pembelajar
seumur hidup. Kadang amatir mampu mengajarkan lebih banyak daripada pakar.
Kamu bisa belajar dari scenius, istilah bagi seseorang genius yang
menceritakan sedikit proses kreatifitasnya ke publik untuk berbagi ilmu.
Berbagilah tentang proses kreatifmu seperti para scenius. Bicaralah hal-hal
yang kamu suka, maka suaramu akan datang dengan sendirinya.
“Cara terbaik untuk membagi karyamu adalah memikirkan apa yang ingin kamu pelajari. Lalu, berkomitmenlah mempelajarinya melebihi apa pun. Temukan satu scenius, perhatikan apa yang orang lain bagi, lalu catatlah apa yang tidak mereka bagi.”
2.
Pikirkan proses,
bukan hasil
Orang tidak hanya ingin disodori karya bagus, tetapi juga
ingin berkreasi dan menjadi bagian dari proses kreatif. Keterhubungan antara
proses kreatif dengan banyak orang akan memudahkan promosi di kemudian hari.
“Arsipkan apa yang kamu kerjakan. Milikilah jurnal kerja : tuliskan pemikiranmu di buku catatan, atau simpan dalam bentuk rekaman. Beli scrapbook. Sering-seringlah memotret karyamu di berbagai tahap prosesnya. Rekam dirimu saat bekerja. Dokumentasi ini bukan untuk dijadikan karya, melainkan sebagai catatan saja, bagaimana karya kita tercipta.”
3.
Berbagilah hal kecil
setiap hari
Tidak ada hal yang instan, semuanya butuh proses. Membagi
prosesnya sedikit, biarkan orang mengerti bahwa kamu berkarya dengan proses.
Tidak mudah memang, karena hal ini membutuhkan waktu yang lama. Tidak semua hal
harus dibagi, pilih yang ingin kamu bagi saja, misalnya proses jatuh bangunnya
kamu membangun karya selama ini. Hingga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu
impikan.
“Kesuksesan yang instan hanyalah mitos. Telusurilah kisah-kisah sukses, kamu akan temukan kerja keras dan ketekunan yang sama sekali tidak singkat. Fokuslah pada proses harian. Apa yang kamu kerjakan setiap hari? Jangan tunjukkan makan siang atau lattemu, tunjukkan karyamu.”
“Bangun nama baik. Usahakan tetap bersih. Jangan berkompromi. Jangan pikirkan uang banyak atau kesuksesan. Utamakan berkarya bagus. Dan jika bisa membangun nama baik, uang akan menyusul.”
4.
Buka koleksimu
“Kualitasmu setara dengan koleksi rekamanmu.” – DJ Spooky
“Semua yang memberimu pengaruh layak dibagi karena menjadi petunjuk siapa dirinya dan apa yang kamu lakukan. Kadang itu semua bahkan lebih menunjukkan siapa dirimu melebihi karyamu sendiri.”
Misal, dengan berbagi apa saja judul buku, film favorit,
kutipan/quote yang menginspirasi, dll. Hal ini akan menunjukkan seberapa
kualitas yang coba kamu bangun dalam karyamu. Orang lain akan mulai paham bahwa
kiblatmu ke arah sana, pada beberapa orang yang menginspirasimu untuk berkarya.
5.
Ceritakan yang
baik-baik saja
“Karyamu tidak bicara sendiri. Manusia ingin tahu dari mana asal suatu benda, cara pembuatannya dan siapa pembuatnya. Kisah-kisah yang kamu sampaikan tentang karya itu berpengaruh besar pada perasaan orang dan pemahaman mereka mengenai karyamu. Perasaan dan pemahaman orang lain atas karyamu memengaruhi apresiasi mereka.”
“Kenapa kita harus jelaskan frustasi dan titik-titik balik di lab, atau berjam-jam merintis karya dan gambar gagal sebelum mencapai hasil akhir? Karena konsumen yang kita bidik adalah manusia, dan manusia ingin berelasi.”
Ya, kalimat “manusia ingin berelasi” itu membangkitkan ingatan
saya bahwa personal touch untuk sebuah karya yang dibagikan, berbagi cerita di
balik layarnya ternyata membuat orang terkoneksi dengan saya. Bukan hanya
dengan melihat karya. Tapi dengan melihat bahwa saya adalah human alias manusia
yang sama seperti penikmat karya tersebut. Dengan berelasi, seseorang akan
memahami bahwa manusia membangun karya dari hati dan pikiran yang butuh proses
panjang. Apresiasi pun akan datang karena hal ini.
6. Ajarkan yang kamu tahu
Berbagilah tentang ilmu yang kamu miliki. Apa yang sudah kamu pahami
selama berproses menghasilkan karya. Manusia membutuhkan waktu lama untuk
berproses, tak apa berbagi resep atau apapun yang bisa kamu bagi. Sama halnya dengan yang dilakukan Aaron saat ia membagikan
resep barbequenya. Ia bahkan mengajarkan karyawannya resep yang ia miliki.
Namun, ia bisa menebak karyawan mana yang mengasapinya saat ia memotong daging
bagian dada. Wow banget ya. :D
“Teknik barbekyu sebenarnya sangat sederhana, tetapi menguasainya butuh bertahun-tahun. Itulah intuisi yang hanya kamu dapatkan dengan latihan berulang kali.
Saya jadi ingat penjual siomay langganan saya yang memiliki
asisten. Si asisten ini akhirnya membuat sendiri usaha yang sama dengan penjual
siomay tersebut. Hasilnya sangat-sangat jauh berbeda baik rasa maupun harga.
Seriusan. Karena tekniknya saja berbeda walau bumbunya sama. Well ya, saya jadi
paham bahwa meski seorang guru mengajarkan muridnya, hasil didikannya tidak
selalu tepat sama persis, bahkan kadang jauh berbeda dibanding masternya.
7.
Jangan jadi manusia
penyampah
8.
Belajarlah menerima pukulan
9.
Juallah
10.
Bertahanlah
Ada
empat point lainnya yang tidak saya bagi, namun bisa kamu baca sendiri di
bukunya. Menurut saya buku Austin Kleon ini jauh lebih detail dan menggambarkan
bagaimana kita bisa belajar membagikan ilmu dan berproses lewat karya kita.
Karya yang bagus melewati tempaan waktu, kerasnya berproses. Tidak mudah untuk
meniru hal yang sama karena proses yang panjang membentuk ketahanan mental juga
bagi pelakunya.
Now,
see? Apakah kamu ingin berbagi ilmumu di dunia digital saat ini? Jangan
simpan ilmumu sendiri ya, biar yang lain juga tahu apa saja preferensi yang
selama ini menjadi kiblat karyamu. ;)
makasih sahringnya
BalasHapusMakasih sharingnya ya mbaa..bermanfaat banget..
BalasHapusNdaging banget yo Beb bukunya.
BalasHapusTerima kasih sudah dirangkumkan, aku belum baca Beb.
Meski ga punya bukunya dapat juga nih ilmunya :)
BalasHapusmaunya saat kita punya ilmu meski sedikit berbagi dengan yg lain ya. Biar manfaat...
bukunya benerrrrr! bagus nih buat motivasi dan pengembangan diri. makasih ya review-nya.
BalasHapusbukunya bagus ni untuk memotivasi diri ........
BalasHapusmakaasih reviewnya
BalasHapusTerima kasih sharingnyaaa, salam dari Pemalang ^^
BalasHapus