Baca novel Lebih Senyap dari Bisikan dalam waktu sehari? Bisa banget! Awalnya saya baca novel ini karena butuh buku yang ringan buat dibaca. Hehe. Ternyata, konfliknya tidak seringan yang kubayangkan. Hiks
Novel Lebih Senyap dari Bisikan bisa dibilang novel bergenre domestic drama alias drama rumah tangga. Jadi dari awal sampai akhir akan disajikan kisah rumah tangga antara Amara dan Baron.
Amara dan Baron menikah tanpa restu mama Amara karena menikah beda agama. Setelah 8 tahun menanti kehamilan dengan penuh perjuangan, akhirnya Amara bisa hamil dan melahirkan anaknya. Amara melahirkan dengan normal, meski begitu perjuangannya sangat berat saat menjadi ibu muda.
Tapi, perjuangan Amara dan Baron untuk jadi orang tua dan pasangan yang ideal ternyata tidak mudah. Banyak halangan dan rintangan yang menghadang.
Amara merasakan kelelahan yang amat sangat saat menjadi ibu bagi anaknya, Yuki. Amara harus berjuang memompa asi eksklusif setiap hari selama berbulan-bulan karena harus membagi waktu dengan pekerjaannya.
Normalnya, bayi membutuhkan minum air susu ibunya setiap 2 jam sekali. Itu sebabnya, bayi akan terus menerus menangis jika tidak terpenuhi kebutuhannya.
Amara dan Baron harus bergantian mengurus bayi mereka agar bisa tetap sehat setiap hari.
Amara bahkan sudah tidak bekerja di kantor, ia memilih bekerja paruh waktu sebagai penerjemah dan penulis konten di web.
Meski begitu, gajinya tak cukup karena banyak cicilan yang harus dibayarnya. Cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan hutang almarhum ayah mertuanya yang masih sisa 200 jutaan.
Baron dan Amara bekerja siang dan malam. Saling membagi waktu untuk bekerja dan menjaga anak. Termasuk berusaha mengisi hari dengan jatuh cinta lagi dengan pasangan, tapi ternyata tidak semudah itu. Punya anak sangat menguras emosi. Bahkan Amara kadang merasa ia tidak secinta itu dengan Baron.
Yang bikin Amara dan Baron merasa lelah adalah saat sebuah kejadian menjadi mimpi buruk bagi mereka.
Saat itu, Saliman, teman lama Baron yang super aneh datang berkunjung ke rumah.
Saliman menawarkan prospek trading saham yang sedang trending, katanya akan sangat menguntungkan dan bisa dapat uang dengan cepat.
Sayangnya, Baron mempertaruhkan uang yang sangat besar ke dalam trading saham ini. Hingga akhirnya ia bangkrut dan menjadi depresi.
Depresi yang dialami Baron bukan hanya membuat hubungannya dengan Amara dan Yuki menjauh, tapi secara fungsional Baron telah kehilangan rasa percaya dirinya sendiri, hingga ia sulit bangkit dari keterpurukannya.
Ia tak memikirkan bagaimana caranya keluar dari jurang masalah rumah tangga mereka. Bahkan tidak peduli dengan kondisi Yuki.
Sampai akhirnya, Amara minta pindah ke kontrakan lain karena rumah mereka akan disita bank.
Ditambah lagi, tak ada penghasilan apapun. Hal ini membuat Amara sangat muak dengan kehadiran suaminya di dalam rumah.
Mereka bertengkar hingga membuat Amara merasakan pedihnya KDRT, bahkan ditinggalkan oleh suaminya sendiri di dalam kontrakan.
Amara merasa marah dan lelah pada dunia dengan apa yang terjadi dalam hidupnya sejak ia mengenal Baron, tapi apa yang terjadi? Dunia justru membuat dia semakin murka.
Anaknya, Yuki mengalami insiden hingga harus dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi berdarah-darah.
Lalu, bagaimana Amara bisa keluar dari kemelut rumah tangganya yang sangat penuh dengan amarah dan luka?
❤️❤️❤️
Menurut saya :
Baca novel Lebih Senyap dari Bisikan ini bikin saya berkaca lagi dengan hidup. Amara dan Baron ibarat tokoh tak sempurna dalam kehidupan mereka.
Mereka berjuang untuk keluar dari masalah demi masalah yang datang melanda bahkan sejak mereka bertemu di kampus, jauh sebelum mereka memutuskan untuk menikah.
Sebetulnya karakter Baron ini banyak red flagnya, tapi Amara udah terlanjur cinta mati, jadi yaaa.... Baron tetap dinikahi Amara meskipun problematik. Bahkan Baron menghilang sebelum mereka menikah hanya karena ia cemburu. Sungguuuhh terrr... Laaa... Luuuu.... 😐
Mereka menikah dalam kondisi beda agama yang ditentang oleh orang tuanya. Meskipun akhirnya Amara dan Baron menikah, namun mereka tidak pernah berkomunikasi lagi dengan mama Amara sejak saat itu.
Selama 8 tahun, Amara berjuang untuk memiliki anak. Meskipun harus mengikuti saran kehamilan ini itu, mulai dari diet, atur pola makan, atur waktu promil dengan suami, dsb. Ya, nggak segampang keliatannya.
Amara dan Baron sangat kelelahan, tapi nyatanya kehadiran anak membuat Baron merasa lega bahwa akhirnya cinta mereka menghadirkan kisah baru dalam hidup.
Hanya saja, kelahiran Yuki dalam babak baru kehidupan membuat sesuatu yang selama ini terpendam akhirnya keluar dalam bentuk bom waktu, pertanyaan seperti : "Apakah anak akan dibaptis atau diaqikah?", "Apakah anak akan dibesarkan dalam agama Amara atau Baron?", justru membuat suasana rumah jadi canggung.
Mama Amara datang di waktu mereka butuh bantuan untuk mengurus Yuki, anak mereka. Jadi, kehadiran mama justru membantu.
Hanya saja, Amara dan Baron baru sadar bahwa suatu saat masa itu akhirnya tiba. Masa di mana orang tua harus memikirkan agama mana yang harus diajarkan pada anak?
Di sisi lain, masalah datang satu per satu. Masalah dengan kecemasan Amara tentang cara merawat bayi, kondisi keuangan yang sangat buruk karena trading saham gagal hingga bikin bangkrut. Lalu, suami yang menghilang entah kemana. 😢
Saya melihat kegetiran hidup yang sangat pekat menyelimuti Amara. Amara yang selama ini harus berjuang untuk melalui takdirnya, kini justru serasa berada di jurang sendirian. Tak ada yang bisa membantunya.
Meski endingnya sangat realistis, tapi saya berpikir hidup Amara ini benar-benar rumit. Huhu
Saya malah melihat novel ini sangat realistis dengan banyak masalah yang dihadapi perempuan pada umumnya.
Menikah agar tidak dijuluki perawan tua. Memiliki anak agar hidup makin berwarna, tapi harus menjalani serangkaian tes demi tes kesehatan untuk program hamil. Ya, nggak semudah kelihatannya ya.
Setelah menikah pun, perempuan seperti Amara harus beradaptasi menjadi ibu muda dengan segala problemanya.
Bahkan ia jadi kurang tidur dan kesulitan mengurus diri sendiri, karena yang dipikirkan hanya anak saja. *muka kucel udah kek zombie ya, bund~ 😅
Yang bikin saya tersentuh dengan novel ini adalah cara penulis mengemas kisah Amara ini menjadi kisah yang sangat memorable.
Perempuan dengan jutaan masalah ternyata sangat perlu dukungan dari orang lain di sekitarnya. Entah akan menjadi lajang, ibu muda, mertua sekalipun selalu ada masalah yang akan datang.
Yang dibutuhkan adalah komunikasi antara anggota keluarga, termasuk juga kompromi dengan kebiasaan atau masalah lainnya.
Dalam rumah tangga pasangan muda, biasanya 1-3 tahun pertama saat punya anak adalah perjuangan yang sangat berat karena harus belajar membagi peran. Jadi istri, jadi anak, dan juga jadi ibu.
Yaa.... tak ada yang lebih indah selain berbagi bahu untuk bersandar dan terus saling menguatkan satu sama lain. Karena menjadi perempuan tidak semudah yang dibayangkan ya. 😊
Banyak stigma tentang hal ini dan itu dari masyarakat, terlebih lagi banyak masalah yang bisa hadir meskipun tak diundang. 😭
Ya, sekali lagi, perempuan mestinya memiliki pendukung /support system (suami, keluarga, dan teman) dalam hidupnya agar ia bisa terus menerus melanjutkan kehidupannya.
Jadi, perempuan... tetaplah hidup agar engkau bisa mengisi cinta di kehidupan makhluk lainnya; keluarga dan anakmu nanti.
Banyak isu yang diangkat dalam novel Lebih Senyap dari Bisikan ini, misalnya : program hamil, KDRT, nikah beda agama, bobroknya financial rumah tangga, trading saham yang bikin bangkrut, tren buzzer di social media, depresi dan masalah mental health, bahkan masalah kepemilikan rumah yang sering jadi isu para pekerja kaum urban di pinggiran Jakarta.
Saya menikmati cara penulis berkisah, halus dan mengalir, termasuk guyonan yang dimasukkan dalam cerita novel ini. Bikin ngakak meskipun lagi bahas yang serius, ya namanya juga guyonan ala bapak-bapak. 😄
Overall, 5 bintang dari saya untuk novel Lebih Senyap dari Bisikan ini.
❤️❤️❤️❤️❤️
Baca ulasan ini jadi makin penasaran mau baca. Kemarin udah masukin ke keranjang belanja haha. Tapi karena tanggung beli 1 jadi skip. Mau beli banyak, budgetnya jadi bengkak lol.
BalasHapusSaya suka banget dengan novel ini karena memperlihatkan jika berumah tangga itu nggak melulu manis. Ini juga menjadi pembelajaran bagi suami atau istri mengenai peran dalam membangun rumah tangga, harus saling mendukung. Apa pun masalahnya, ditanggung berdua, didiskusikan berdua.
BalasHapusAdegan paling menyayat hati ketika Amara hampir membunuh anaknya sendiri saking putus asanya. Nyesek banget pas bagian itu :(
sangat monoton pembahasannya
BalasHapusPersonal experience abis baca itu tergantung orangnya. Jadi ga bisa disamain dengan orang lain.
HapusKalo pengalaman bacanya biasa aja, kadang ngefek ke cara ngereview.
Kayak bingung juga mau bahas apaan, kalo alur ceritanya dah kek postingan menfes2 zaman skrg. Yang dikit2 bahas drama rumah tangga nikah ama suami mokondo.
Bukan berarti novelnya ga bagus yaa. Aku kasi rating 5 berarti alurnya bisa dinikmati dan ceritanya bagus. Cuma cara aku ngasi review juga tergantung experience aku pas baca.
Mau bagus atau ga bagus. Valid2 aja sih. 😵
Silahkan bikin sendiri review ala kamu sendiri deh. Biar ga komplain mulu kerjaannya. 😵