Langsung ke konten utama

[Resensi Buku Anak] A Friend for Henry - Jenn Bailey


Judul Buku : A Friend for Henry (Teman untuk Henry)

Penulis : Jenn Bailey

Illustrator : Mika Song

Lama baca : 4 menit

Bahasa : Inggris

Tebal : 36 halaman

Genre : buku anak (pictorial book)

Baca ebook di aplikasi Libby


Rating buku : 4/5 🌟


❤️❤️❤️

Blurb : 


In Classroom Six, second left down the hall, Henry has been on the lookout for a friend. A friend who shares. A friend who listens. Maybe even a friend who likes things to stay the same and all in order, as Henry does. But on a day full of too close and too loud, when nothing seems to go right, will Henry ever find a friend—or will a friend find him? With insight and warmth, this heartfelt story from the perspective of a boy on the autism spectrum celebrates the everyday magic of friendship.


❤️❤️❤️


[Sinopsis Buku Anak] A Friend for Henry - Jenn Bailey :


In Classroom Six, second left down the hall, Henry was looking for a friend.


It couldn't be Gilly, who circled her fishbowl. She's quiet, thought Henry. But she can't play on the swings.


It couldn't be Mrs. Magoon, who knew about hugs. She shares, thought Henry. But she has to. Could it be someone else in Classroom Six?


In Art Class, Vivianne shared Henry's double easel.


Vivianne was a kaleidoscope, a tangle of colors. She had ribbons and clackety shoes. She knew every pony song. Her fingernails were painted like rainbows.


"When I get paint on my fingers," Henry said, "I wash it off."


Vivianne waved her hands too close to Henry's face.


"My mommy painted them. Aren't they pretty?”


"Painting on people is Against the Rules," said Henry. "Did your mommy get in trouble?"


"No."


Henry lowered his voice. "Did you get angry?"


"Why should I?”


But Vivianne was very angry later.




"He ruined them!"


"She likes rainbows," Henry explained. And he thought, a friend would say thank you.


Reading Time was Henry's favorite. My friend will like it, too.


It was Henry's turn to put out the carpet squares. He tucked the blue ones next to the brown ones. Green in the very middle. All the edges met and the corners fit perfectly.




"Reading Time!" shouted Samuel. "My favorite!"


Samuel was a thunderstorm, booming and crashing. He was kind of scary if you didn't have your blanket. He could pick up crayons with his toes and do proper somersaults.


Henry stepped in front of Samuel. "Somersaults are hard."


Samuel dodged past. "I want a green one!”


"Wait." Henry's throat felt tight. "They're perfect."


"Mine's a magic carpet from a genie's lamp," said Samuel.


"It's not!" Henry's face was hot. "It's from Rug World. There's the sticker."


"Up, up, and away, Magic Carpet!"


Booming and crashing. Henry's fingers curled closed.


A friend listens!


"Henry." Mrs. Magoon knelt in front of him. "Sit with me, please."


Henry did. But he couldn't see the pictures. And his carpet square was brown.





During Snack Time, Jayden took three crackers instead of two.


At Recess, Riley dug up worms and let them use the swings.


At Free Time, Henry's hope for a friend felt small. He watched the sunlight play along Gilly's scales. He could watch Gilly for a long time.


Katie watched, too.


Katie smelled like strawberry milk. She read storybooks all by herself. She slid down the Big Slide. Sometimes backwards.


"The Big Slide is too big," said Henry.

Gilly floated past.


"She's shimmery," said Katie.

"But she doesn't blink," said Henry.

"What does she do?"


She burps pebbles, Henry thought. And breathes underwater. And turns sunshine into colors.


Henry hunched into his sweatshirt. "Fish things." Katie bent to have a closer look. "I like her." Henry tried not to blink. 


"Want to play blocks?" 

"Sure.”


"I don't like triangles," said Henry.

"I don't like broccoli," said Katie.


Together they built a tower. It had rectangles, cylinders, and squares. But no triangles. Or broccoli.





"It's perfect," said Henry.

"Thank you," said Katie.


The next day, they played on the swings, and Katie went down the Big Slide.


Henry waited at the bottom for his friend.





❤️❤️❤️


Terjemahan : 


Di Kelas Enam, kedua dari kiri lorong, Henry sedang mencari teman.


Tak mungkin Gilly yang mengitari akuariumnya. Dia pendiam, pikir Henry. Tapi dia tak bisa bermain ayunan.


Tidak mungkin Ny. Magoon yang tahu tentang pelukan. Dia berbagi, pikir Henry. Tapi dia harus melakukannya. Mungkinkah orang lain di Kelas Enam?


Di Kelas Seni, Vivianne berbagi kuda-kuda bersama Henry.


Vivianne sangat senang dengan perpaduan warna. Dia punya pita dan sepatu yang tampak aneh. Dia tahu setiap lagu kuda poni. Kuku jarinya dicat seperti pelangi.


"Saat jariku terkena cat," kata Henry, "aku mencucinya."


Vivianne melambaikan tangannya terlalu dekat ke wajah Henry.


“Ibuku melukisnya. Cantik kan?”


“Melukis pada manusia itu Melanggar Aturan,” kata Henry. "Apakah ibumu mendapat masalah?"


"TIDAK."


Henry merendahkan suaranya. "Apakah kamu marah?"


"Kenapa harus aku?"


Tapi Vivianne kemudian sangat marah.


"Dia menghancurkannya!"


"Dia suka pelangi," jelas Henry. Dan dia berpikir, seorang teman seharusnya mengucapkan terima kasih.


Waktu Membaca adalah favorit Henry. Temanku juga akan menyukainya.


Sekarang giliran Henry yang memasang karpet. Dia menyelipkan warna yang biru di sebelah warna yang coklat. Hijau di tengah. Semua tepinya bertemu dan sudut-sudutnya pas.


"Waktunya Membaca!" teriak Samuel. "Ini kesukaanku!"


Samuel adalah badai petir, ia terlihat seperti badai yang siap menggelegar dan menerjang siapapun. Dia agak menakutkan jika kamu tak membawa selimut. Dia bisa mengambil krayon dengan jari kakinya dan melakukan jungkir balik dengan benar.


Henry melangkah ke depan Samuel. "jungkir balik itu sulit."


Samuel menghindari obrolan. “Aku ingin warna yang hijau!”


"Tunggu." Tenggorokan Henry terasa sesak. "Itu kelihatan sempurna."


“Punyaku karpet ajaib dari lampu jin,” kata Samuel.


"Itu bukan!" Wajah Henry panas. "Dari Rug World. Ada stikernya."


"Ayo naik, naik, dan terbang, Karpet Ajaib!"


Boom. Dan Henry jatuh. Jari-jari Henry meringkuk.


Seorang teman mendengar teriakan Henry!


"Hendry." Nyonya Magoon berlutut di depannya. "Tolong, duduklah bersamaku."


Henry melakukan hal itu. Tapi dia tak bisa melihat gambarnya. Dan karpet perseginya berwarna coklat.


Saat Snack Time, Jayden mengambil tiga biskuit, bukan dua.


Di Recess, Riley menggali cacing dan membiarkannya menggunakan ayunannya.


Di Waktu Senggang, harapan Henry tentang menemukan seorang teman makin terasa kecil. Dia melihat sinar matahari tampak di wajah Gilly. Dia bisa mengawasi Gilly untuk waktu yang lama.


Katie juga memperhatikan Henry.


Katie beraroma seperti susu stroberi. Dia membaca buku cerita sendirian. Dia meluncur ke bawah Big Slide. Terkadang ia juga berjalan mundur.


“Perosotan Besar ini terlalu besar,” kata Henry.


Gilly meliuk dan melewatinya.


"Dia berkilauan," kata Katie.


"Tapi dia tidak berkedip," kata Henry.


"Apa pekerjaannya?"


Dia bersendawa, pikir Henry. Dan bernapas di bawah air. Dan mengubah sinar matahari menjadi warna.


Henry membungkuk ke dalam kausnya. "Ikan." Katie membungkuk untuk melihat lebih dekat. "Aku suka dia." Henry berusaha untuk tidak berkedip.


"Mau bermain balok?"

"Tentu."


"Aku tidak suka segitiga," kata Henry.

"Aku tidak suka brokoli," kata Katie.


Bersama-sama mereka membangun sebuah menara. Menara itu memiliki bentuk persegi panjang, silinder, dan persegi. Tapi tak ada segitiga. Atau brokoli.


"Sempurna," kata Henry.

"Terima kasih," kata Katie.


Keesokan harinya, mereka bermain ayunan, dan Katie menuruni Big Slide.


Henry menunggu temannya di bawah.



❤️❤️❤️


Tentang Penulis : 


Jenn Bailey adalah seorang penulis, editor, pembuat dokumenter, pembuat kue pita biru, dan seorang musafir yang bersemangat. 


Dia menerima gelar MFA dari Vermont College of Fine Arts. Lahir dan besar di Rhode Island, dia sekarang menyebut Kansas City sebagai rumahnya tempat dia tinggal bersama suaminya, tiga putranya, dan banyak kucing dan anjing. 


Jenn terinspirasi untuk menulis cerita Henry setelah menyaksikan putra-putranya sendiri, yang termasuk dalam spektrum autisme, mencari teman—sebuah proses yang membutuhkan kesabaran, waktu, dan keberanian. Namun menemukan yang tepat, selalu sepadan.


Mika Song dibesarkan di Manila, Filipina, dan Honolulu, Hawaii. Dia pindah ke New York untuk kuliah di Pratt Institute dan bekerja di bidang animasi sebelum membuat buku anak-anak. Dia tinggal di New York City bersama suami dan putrinya.


❤️❤️❤️


[Resensi Buku Anak] A Friend for Henry - Jenn Bailey : 

Henry ingin mencari teman yang pendiam, suka berbagi, dan suka membaca. Berteman bisa menjadi hal yang sulit bagi siapa pun, tetapi khususnya bagi Henry. 

Dia salah membaca situasi sosial. Ia percaya bahwa karena teman sekelasnya memiliki kuku yang dicat pelangi, dia akan senang jika sepatunya dicat. 

Dia melapisi kotak karpet baca dengan sempurna dan marah ketika permainan imajinatif teman sekelasnya yang lain mengganggu kotak tersebut. 

Satu demi satu, teman sekelasnya dikesampingkan sebagai calon teman—sampai Katie. Katie pendiam dan juga suka membaca. Namun, Katie meluncur ke bawah perosotan, sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan Henry. Meski begitu, keduanya terhubung karena kecintaan mereka pada kelas ikan, dan Henry mengambil kesempatan dan meminta Katie untuk bermain dengannya. 

Mereka bermain bersama baik di dalam maupun di luar ruangan, membuat Henry menyadari bahwa teman tidak harus persis sama untuk bisa menghargai satu sama lain. 

Ilustrasi tinta dan cat air menunjukkan ruang kelas yang beragam. Henry adalah orang Asia dan Katie adalah orang Afrika-Amerika. 

Henry tidak pernah disebutkan menderita autisme, namun tindakan dan proses berpikirnya akan familiar bagi pembaca yang mengenal seseorang dengan spektrum autisme. 

Buku anak "A Friend for Henry" ini menggambarkan bagaimana sulitnya anak autis memiliki seorang teman. Meskipun Henry bisa mencari teman, namun proses menemukan teman yang satu frekuensi jauh lebih sulit dibanding jika anak normal yang melakukannya. 

Penulis menggambarkan bagaimana interaksi Henry terasa sangat natural. Penulis memberi gambaran bagaimana anak autis seperti Henry seringkali tampak sibuk sendiri dan memiliki pendirian yang teguh tentang suatu prinsip. Itu sebabnya, agak sulit mengajak anak autis berbaur dengan lingkungan sosial yang tampak normal, namun sebenarnya membuat ia kelelahan secara fisik maupun emosional. 

Yang jelas, buku anak ini mampu menerjemahkan apa yang sebenarnya terjadi pada anak autis ketika mereka berbaur di sekolah. 

Autisme bukanlah akhir dari segalanya. Anak autis juga bisa bersosialisasi dengan anak lainnya, meskipun harus dilatih terus menerus agar tidak selalu hidup menyendiri. 

Overall, rating buku : 4/5 🌟



KESIMPULAN : 

Sebuah cerita sederhana dan ceria yang mungkin menginspirasi pembaca untuk mencari persahabatan, dan tambahan yang bagus untuk koleksi buku bergambar secara umum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com