Review Buku Menikah Untuk Bahagia : 

Marriage is not scary jika kita menikah orang yang tepat. Masalahnya, apakah kita benar-benar bertemu dengan orang yang tepat? Tepat dalam hal apa saja?

Menikah tak hanya menghadirkan bahagia namun juga ada dukanya. Tapi, apakah pernikahan bisa bahagia, jika pasanganmu tak tahu bagaimana caranya mengusahakan kebahagiaan dalam pernikahan?

Buku Menikah Untuk Bahagia hadir sebagai salah satu jawaban untuk mengajak pembaca merefleksikan pernikahan yang diimpikan. 

"Semua yang menikah pasti senang jika bisa mencapai dan menikmati pernikahan yang diimpikan. Namun, apakah mereka mau menikmati prosesnya?" (Hlm. 1)

 

Buku Menikah Untuk Bahagia karya Nunik Hermawati dan Indra Noveldy ini membawa banyak perubahan bagi pembaca yang menerapkan prinsip dan nasihat buku dalam pernikahan mereka. 

Ibarat tanaman, pernikahan juga perlu dirawat dan ditumbuhkan dengan pupuk. 

Tak hanya sekadar asal mengalir saja, sebuah pernikahan yang bahagia juga perlu visi misi yang jelas.  

Misalnya saja, kamu ingin memiliki pasangan yang baik dan penyayang, maka sayangi lebih dulu pasanganmu dengan cara yang menyenangkan. 

Dalam pernikahan, prinsip memberi itu ibarat menanam. Kita akan panen jika sudah waktunya. 5 tahun pernikahan adalah awal dari proses menanamkan bibit cinta dalam kehidupan rumah tangga. 

Saat sudah merasa saling nyaman dan bahagia, maka pasanganmu akan selalu betah di rumah dan menjadikan rumah sebagai tempat paling tenang untuk dihuni. 

Namun, banyak juga orang yang kehilangan "spark joy" alias rasa bahagia yang mendadak lenyap begitu saja dalam pernikahannya. 

Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan dilalui tanpa percikan rasa cinta. Hal ini akan menciptakan keinginan untuk saling menjauh, bahkan bisa berujung selingkuh.

"Mau sukses dan bahagia dalam pernikahan, bermurah hatilah dalam memberi dan lihat apa yang akan terjadi." (Hlm. 63)

"Saat akan menikah, saya mengambil keputusan untuk membuang ego saya. Saya tidak butuh ego. Saya ingin bahagia. Karena saya tahu ego bisa merintangi impian saya membangun keluarga yang harmonis." (Hlm. 70)

Buku Menikah Untuk Bahagia ini memberi ruang untuk merefleksikan apa saja yang perlu dibenahi dalam sebuah pernikahan. Apakah pernikahan tanpa visi misi yang jelas akan menciptakan pernikahan yang seapa adanya itu? Apakah cinta bisa menghilang ditelan waktu? Apakah pasangan akan kehilangan rasa sabarnya dalam menghadapi badai di masa-masa sulit?

Pasangan yang bahagia akan berusaha untuk menghilangkan ego masing-masing. Bukan menekan, tapi benar-benar menghilangkan ego. Setitik saja ada ego akan menghambat komunikasi dan menciptakan jarak yang jauh dalam diri pasangan. 

Suami dan istri yang saling bertengkar butuh berbaikan segera, sebelum semuanya terlambat. Hingga tak terasa ada kata terucap "talak" dan pernikahan pun di ujung perceraian. 

"Jika pasangan kita juga merasa sebagai korban, lalu siapa yang akan menyelamatkan pernikahan ini?" (Hlm. 100)

Buku nonfiksi ini memberi saya pemahaman baru bahwa pernikahan ibarat berlian di mana pasangan ditempa untuk diasah dan dipotong. 

Yaa... menyakitkan memang jika berlian dibentuk sedemikian rupa sehingga harus mengalami banyak patahan yang menyakitkan. Namun, di titik itulah pasangan akan saling berusaha memperbaiki diri dan bertanggung jawab untuk keluar dari badai.

Penulis mengajak pembaca untuk melihat kehidupan pernikahan dalam cara pandang yang berbeda. 

Jika kita selama ini hanya menganggap seseorang melakukan 2 peran dalam sebuah pernikahan, ternyata kita butuh lebih dari itu. Apa saja peran dalam pernikahan? Yaitu PISIK. 

P = Partner

I = Istri/Suami

S = Sahabat

I = Ibu/Ayah

K = Kekasih

Jadi, peran kita sangat beragam dalam pernikahan. Menjadi sahabat bagi pasangan juga penting agar ia merasa dicintai dan dihargai. Dengarkan impiannya, support dan beri dukungan untuk dirinya bertumbuh. 

Selain itu, kenali juga cara komunikasi pasangan. Tidak asal ngobrol saja, tapi benar-benar luangkan waktu untuk bicara dari hati ke hati. Untuk memberi waktu menceritakan apa saja uneg-uneg dan ganjalan selama menikah.

Konseling dengan konselor pernikahan dibutuhkan jika ada hambatan dalam interaksi selama menikah. Bagaimana cara berkomunikasi yang tepat? Bagaimana agar pasangan tidak merasa terintimidasi dan tersakiti saat diskusi soal pernikahan?

Semua tahapan konseling diperlukan untuk memperbaiki hubungan. Selama proses konseling yang panjang, pasangan perlu untuk meyakini bahwa ada yang perlu dibenahi, jadi memang ada usaha kedua belah pihak untuk menciptakan pernikahan yang lebih sehat, tanpa KDRT, salah paham dalam komunikasi, tanpa selingkuh, dll. 

Konsep buku parenting islami ini menggambungkan antara study kasus, pemaparan teori dan bahasannya dari konselor pernikahan yaitu Indra Noveldy dan Nunik Hermawati, istrinya. Jadi pembaca akan lebih mudah membayangkan kasus per kasus yang dialami klien yang pernah mereka tangani. 

Buku Menikah Untuk Bahagia ini juga menjembatani pernikahan islami yang lebih nyaman dan kondusif. Diperlukan hati yang lapang untuk menerima pasangan dan membangun interaksi sebagai soulmate, dan menjalani pernikahan dengan suka dukanya. 

Overall, rating buku : 4/5 🌟

🌷🌷🌷

Biodata Buku : 

Judul : Menikah Untuk Bahagia

Penulis : Indra Noveldy dan Nunik Hermawati

Penerbit : Noura Books

Tebal : 309 halaman

Terbit : 2019

ISBN : 978-602-3854929

Genre : Parenting/Motivasi/Pengembangan diri

Rating buku : 4/5 🌟