Langsung ke konten utama

[Review Buku Korea] Minimarket yang Merepotkan


“Kalau aku boleh berkata sebagai seorang pensiunan guru Sejarah, orang itu seperti sebuah negara. Dinilai dari kejadian yang sudah lewat. Coba ingat semua yang kau lakukan selama ini. Apa kau bisa percaya pada dirimu sendiri?” (hlm. 34)


Dokgo, seorang tunawisma menemukan pouch milik Nyonya Yeom saat nenek itu akan pergi keluar kota. Sebagai ucapan terimakasih, Nyonya Yeom menawari Dokgo untuk makan nasi kotak di minimarket miliknya. 


Namun, pertemuan itu membawa Dokgo dan Nyonya Yeom pada takdir yang menghangatkan hati.


Nyonya Yeom yang berjuang untuk menghidupkan kembali toko miliknya, berusaha untuk membantu Dokgo dengan memberinya pekerjaan. Dokgo yang tak tahu menahu tentang toko pun, belajar bagaimana berinteraksi dengan staff toko dan pelanggan lainnya. 


Perlahan, Dokgo mulai menemukan puzzle kenangan yang menghilang. Ia mulai ingat siapa dirinya, apa yang dulu pernah dilakukannya, bahkan ia ingat kesalahan yang diperbuatnya. Demensia yang dialaminya disebabkan oleh pengaruh alkohol.


Dokgo menemukan jejak masa lalu melalui interaksi dengan orang-orang disekitarnya. Tunawisma itu perlahan percaya bahwa kebaikan pun melahirkan kebaikan lainnya. 


Buku Korean literatur ini mengangkat tema mental health dan isu masyarakat Korea lainnya. Buku ini beralur slow pace, cocok untuk healing. Selain menghangatkan hati, pembaca akan disuguhkan kisah Dokgo dan orang-orang lain yang datang ke minimarket. 


Lelaki yang kesulitan bercerita cenderung memilih untuk diam ketika ada masalah. Sama seperti Dokgo, Inkyung, dan lainnya, laki-laki yang tenggelam dalam kelamnya masalah hidup, melarikan diri dalam kegelapan. Kegelapan akibat cahaya dan citra diri yang padam. 


Laki-laki yang insecure itu mulai mengenali orang-orang sekitar, bagaimana berinteraksi dengan baik dan tanpa gugup. Dokgo pun menemukan kesembuhan di minimarket yang merepotkan ini. 


Buatku, Minimarket yang Merepotkan menampilkan simbol sisi lain masyarakat Korea yang cenderung berubah menjadi lebih hangat. Bukan lagi egois mementingkan pencapaian karir.


Saat berkenalan dan berkomunikasi dg baik, menanyakan kebutuhan pelanggan, Dokgo belajar untuk menghargai apa yg orang lain butuhkan. 


Kebutuhan emosional manusia untuk didengar, dipahami dan dimengerti sebetulnya adalah cara lain untuk berkata bahwa manusia adalah makhluk sosial. Mereka berbincang dan berdiskusi, bukan hanya sekadar bertukar sapa. Atau sekadar kenal nama.




Jika kamu menemukan sosok seperti Dokgo, Nyonya Yeom, atau Sihyun di minimarket sekitar rumahmu, kamu akan merasakan kehangatan yang sama yang akan membuatmu lebih menghargai nilai diri manusia. 


Seperti kata Dokgo, manusia bukan hanya dinilai dari uang yang dihasilkan. Bukan juga karena masa lalunya. Tapi karena manusia mau bertumbuh menjadi lebih baik. Ya… Akan selalu ada kesempatan kedua bagi orang yang percaya bahwa kehangatan jiwa yang bertemu cahaya, tak akan pernah membuatmu kembali ke jalan kegelapan. 


Dokgo butuh melakukan rutinitas harian untuk bisa memiliki kendali dirinya lagi. Hanya 1 aktivitas rutin saja. Ini salah satu cara untuk keluar dari lingkaran kelam depresi yang mengungkung manusia. 


Dokgo belajar berjualan dan berinteraksi dengan pelanggan minimarket bukan hanya untuk bekerja. Tapi untuk belajar memberi rasa aman pada otak yang cenderung punya trauma berat dan self harm yang tinggi. 


Untungnya, ini juga membuat teman-teman lainnya belajar dari Dokgo untuk berdamai dengan luka masa lalu. 


Buatku, buku Minimarket yang Merepotkan membuat hubungan manusia jadi lebih humanis. Terjemahannya enak dan mengalir. Trus banyak kuliner Korea yang bikin ngiler pengen cobain. Contohnya bungeoppang dan teh jagung. 


Bagi kamu yang butuh bacaan ringan dan slow pace, kamu wajib coba baca buku ini. Happy reading ya! 😍


Tag @bbbbookclub


#BBBKLIT2025 #BuibuBacaBuku #BBBxLTIKorea #LTIKorea

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku] Kado Terbaik - J.S. Khairen

Judul buku : Kado Terbaik Penulis : J. S. Khairen Penerbit : Grasindo Terbit : Cetakan pertama, 2022 Tebal : 260 halaman  ISBN : 978-602-0529-332 Genre : novel remaja Rating : 5 🌟 Harga buku : Rp 89.000 Download Ebook Kado Terbaik J.S. Khairen di aplikasi Gramedia Digital Beli buku di Gramedia.com atau Shopee ❤❤❤

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com

Project Battle Challenge #31HariBerbagiBacaan

Project Battle Challenge #31HariBerbagiBacaan . Hai hai, maaf lama ga isi blog ini karena sibuk sampe blog ini berdebu #eaa :P *siapinkemocengdulu* Akhirnya saya putuskan untuk bikin battle challenge di bulan Oktober ini dengan mba Esti . Kenapa battle challenge? Karena kalo ada temen diskusi tentang buku, saya jadi lebih semangat buat bikin resensi di blog ini. :D