cover buku |
Penulis : Marina Asril Reza
Tebal : 272 halaman
Penerbit : Visimedia Pustaka
Terbit : November 2013
ISBN : 979-065-199-6
Rating : 3/5
Sinopsis Buku :
Beberapa di antara kalian mungkin pernah melewati wilayah
Pancoran di jakarta Selatan atau mengunjungi Kota Surabaya di Jawa Timur.
Ternyata, ada cerita di balik nama-naa daerah tersebut. Balasan apa yang
didapatkan Pangeran Jaya setelah menolong kedua adiknya yang keracunan air “pancuran”?
Bagaimana nasib “ikan sura” yang
mengingkari janjinya terhadap “buaya”?
Kedua contoh cerita di atas merupakan bagian dari 88 cerita
pilihan yang berasal dari seluruh Nusantara. Berisi nilai keteladanan yang baik
untuk pengembangan karakter anak seperti
kasih sayang, kerja keras, dan pengabdian terhadap orangtua.
88 Cerita terbaik asal-usul nama daerah (Legenda Indonesia)
ini disertai ilustrasi dan warna yang menarik, sehingga dapat mengembangkan
imajinasi buah hati. Bahasa yang mudah dipahami dan sesuai untuk anak-anak juga
digunakan untuk menumbuhkan minat baca anak.
Buku ini menjadi lengkap dengan adanya panduan mendongeng.
Dengan memiliki pengetahuan cara mendongeng yang baik, orangtua atau para pendidik bukan hanya bisa menambah
wawasan, rasa ingin tahu, serta perbendaharaan kata bagi anak-anak tetapi juga
menghibur dan mengajari mereka dengan cara yang menyenangkan.
Resensi Buku :
Dalam buku ini, ada
88 legenda asal usul nama daerah di Nusantara, karena itu saya jadi membaca satu
persatu legenda tersebut dan menganalisanya. Setiap legenda dituliskan sebanyak
2-3 halaman saja oleh penulis, sehingga lebih efisien. Lalu, di bagian sebelah tulisan, ada ilustrasi
yang berwarna warni di dalam buku membuat anak semakin tertarik untuk
membacanya hingga selesai.
cover belakang buku |
Orangtua juga bisa mendongengkan kisah di dalam buku
ini dengan boneka tangan sambil menirukan suara hewan atau tokoh yang ada dalam
cerita, sehingga setiap anak yang mendengarkan ceritanya bisa memahami dan
menangkap hikmah di dalamnya, juga terhibur. Anak-anak yang sudah bisa membaca
sendiri, akan dengan mudah menemukan hikmah cerita di pojok kanan atau kiri
buku setiap kali suatu legenda telah selesai.
hikmah cerita, ada di pojok kanan atau kiri bawah |
Yang saya herankan, ada beberapa legenda yang kurang lebih
sama kisahnya yaitu bertema anak yang
durhaka pada orangtua, karena setelah merantau jadi melupakan ibunya. Anak itu lalu
dikutuk menjadi batu atau karam di lautan setelah tak mengakui sang ibu. Kisah ini ada di beberapa legenda seperti asal usul Pulau si Kantan(Sumatera Utara), Gunung Batu Bangkai(Kalimantan Selatan), Gunung Batu Hapu(Kalimantan Selatan), Batu Bagga(Sulawesi Tengah). Kurang lebih kisahnya sama
dengan nama tokoh dan nama daerah yang berbeda. Ada juga kisah Batu Malin Kundang yang sudah
kita kenal itu. Sayangnya legenda Malin Kundang justu dimasukkan ke kategori legenda dari Sumatera Utara,
bukan Sumatera Barat. Nah, kenapa bisa gitu ya? Apa penulis tidak teliti?
Ilustrasi di dalam cerita |
Legenda sering ditularkan oleh orang dari mulut ke mulut.
Hal ini membuat kita jadi paham bahwa dahulu memang di Nusantara ini pengaruh
berita yang menyebar lewat mulut ke mulut lebih mudah ditemukan. Kisah legenda
juga lebih banyak yang beraroma mistis. Saya rasa anak saat usia seperti itu
belum bisa menelaah bahwa hal itu adalah karangan semata, namun anak jadi paham
bahwa ada jin atau dewa dewi yang disebutkan di buku. Indikasi ini mengarah
pada penyebaran pengaruh agama Hindu yang sangat kuat pada masa
kerajaan-kerajaan di Nusantara masih bertahta. Tentang baik buruknya hal mistis
ini, kita kembalikan saja pada keyakinan masing-masing ya.
Lalu, saya menemukan banyak sekali typo yang cukup
mengganggu. Saya rasa, meski nama tokohnya sulit diucapkan, namun jika sudah masuk
editing, editor harus mengecek bagian
mana saja yang salah ketik. Sayangnya, saya menemukan banyak typo itu dari
halaman awal hingga akhir. Misalnya saja
ini :
Permainsuri = Permaisuri (halaman 38, 52, 150, 191)
manakan = makanan (halaman 30)
Kpagaruyung = Pagaruyung (halaman 34)
apa lagi = apalagi (halaman 39, 56, 172)
kekelahan = kelelahan (halaman 39
mancari = mencari (halaman 39)
menyam-ztpaikan = menyampaikan (halaman 47)
Datuk Raya = Datuk Kaya (halaman 53)
Tuan-Tuan = Tuan-tuan (halaman 54)
hulu balang = hulubalang (halaman 54, 70)
Talang Sari = Tanjung Sari (halaman 72)
Pulau Kamaro = Pulau Kemaro (halaman 78)
tinggalah = tinggallah (halaman 79)
kekayaaan = kekayaan (halaman 83
engan = dengan (halaman 86)
terjadu = terjatuh (halaman 86)
gemombang = gelombang (halaman 88)
ilustrasi kisah nelayan yang tamak |
Ada banyak lagi kesalahan ketik, tapi saya nggak tega nulis
semuanya di sini. Semoga lain kali bisa direvisi dengan meminimalkan typo sebelum naik cetak. Mungkin penerbit butuh proofreader ya? Karena saya lihat belum ada proofreader untuk buku ini. Ya tentu saja agar hal ini tidak
terulang lagi. :)
ilustrasi warna warni, di pembuka kisah legenda asal usul Codet, DKI Jakarta |
Oiya, dari buku ini
pun, anak jadi bisa belajar tentang nama-nama tempat dari legenda yang ada.
Biasanya tempat ini dijadikan simbol sebuah kota, seperti : balai, danau,
gunung, batu, atau sebuah nama kota itu sendiri. Nah, jika berminat untuk tahu
asal usul sebuah daerah, yuk silahkan membaca buku ini ya. ;)
weww..banyak banget typo-nya
BalasHapusHehe, iya, Mba Eky :D Mungkin kita bisa melamar jadi editornya? :P
HapusSayang sekali ya... editingnya gak rapi sehingga banyak typo
BalasHapusIya, mba :D Catatan buat penerbitnya nih
HapusPenampilan bukunya emang menarik buat anak2 ya. Berwarna dan ceritanya singkat2.
BalasHapusIya, mba. cocok buat dongeng pengantar tidur. sekali baca langsung selesai. :D
Hapusmenarik untuk dibaca sepertinya... tp aapakah ceritanya tidak mengalami perubahan naskh??
BalasHapusperubahan naskah gimana, kak? sama seperti dongeng2 yang selama ini kta dengar kok
Hapus