23 Februari 2014

[Resensi Buku] Ikal dan Kapur A Ling by Dini Larasati



Judul Buku  : Ikal dan Kapur A Ling (Seri Laskar Pelangi)
Penulis         : Dini Larasati
Terbit          : Februari 2012
Penerbit      : Bentang Belia
Tebal           : xiv + 82 halaman
ISBN           : 978-602-9397-04-8
Rating         : 3/5

Resensi Buku :
Novel remaja ini dituliskan oleh Dini Larasati. Sebenarnya, kisah dalam buku ini adalah adaptasi dari novel Andrea Hirata berjudul Laskar Pelangi. Kali ini versinya yang ditulis adalah versi remaja. Nah, kisah dalam novel ini seperti yang sudah kita duga adalah kisah cinta antara Ikal dan A Ling. Hanya saja, karena adaptasi, jadi ada beberapa bagian yang tidak sama persis dengan buku aslinya.

Dalam novel ini dimulai dengan pengenalan tokohnya, ada Ikal, Lintang, Mahar, Bu Mus, dll. Beberapa adalah tokoh yang sama dengan di novel Laskar Pelangi. Hanya ada tokoh tambahan bernama Moko. Lalu, ada juga pengenalan daerah yang merupakan setting tempatnya yaitu Belitung atau orang biasa menyebutnya Belitong. Dari halaman ini, pembaca bisa tahu di mana letak Belitong dan apa saja keistimewaan daerah ini.

                Novel ini terdiri dari tujuh bab. Kisah dimulai dengan cerita bahwa ada sebuah ramalan yang datang saat Ikal lahir ke dunia. Ikal diramalkan akan jatuh cinta dengan seorang gadis yang dekat dengannya. Di novel ini, diceritakan bahwa keluarga Ikal dekat dengan keluarga A Ling sejak mereka masih kecil. Di bagian ini saya mengerutkan dahi, karena gimana ya? Bukankah novel Laskar Pelangi justru memuat unsur islami lebih banyak? Mengapa malah di bagian novel adaptasi ini ada kisah ramalan cinta segala? Ini yang saya sayangkan. Sementara di bab lainnya penulis menulis menggunakan bahasa-bahasa simbolis seperti penggunaan salam saat memulai pelajaran, lalu tokoh bu Mus yang menggunakan jilbab rapat. Di sini penulis menunjukkan bahwa novel ini adalah novel berlatar sebuah sekolah Islam, yaitu SD Muhammadiyah.

                Lalu kisah berlanjut saat Ikal disuruh untuk membeli kapur di Toko Sinar Harapan, di toko inilah ia bertemu dengan A Ling. Dag dig dug hati Ikal karena melihat A Ling yang ternyata cantik. Sejak itu, ia sering menjadi relawan untuk mengambil kapur dengan mengayuh sepeda, meski jarak sekolahnya sangat jauh dengan toko kelontong itu. Kapur pun menjadi sebuah labirin yang membuat kisah cinta mereka jadi berwarna. Ikal suka dengan A Ling, namun bingung mengungkapkannya. Di bayangannya selalu ada bayang-bayang A Ling. Mahar pun sering meledek dengan memberi nyanyian cinta pada Ikal. Padahal itu membuat Ikal makin risau dengan perasaannya. Ah, anak muda. Janganlah suka galau ya, Nak! :p

                Lalu Ikal ingin memberi sebuah surat untuk A Ling, sayangnya takdir berkata lain. Ia tak sempat bertemu dan patah hati. Dapatkah Ikal menyembuhkan hatinya? ;)) Ya, meski kisahnya kisah remaja, namun karena saya sudah membaca versi aslinya jadi kerasa kurang greget saja dengan novel ini. Apalagi bagian ramalan cinta itu yang bikin saya tanda tanya. Heuheu. Kenapa harus ada ramalan ituuu? :p

Lalu, bagian yang saya suka saat bu Mus memberikan nasihat pada Ikal. Begini  kalimatnya :

“Kalian ini masihlah sangat kecil. Belum waktunya memikirkan masalah cinta. Mengagumi seseorang itu boleh, tapi tak boleh berlebihan. Lebih baik sekarang kalian sekolahlah baik-baik. Belajarlah sungguh-sungguh. Jangan mengurusi masalah cinta agar masa depan kalian baik. Toh, nanti kalau masa depan kalian baik, kalian juga kan yang senang?”  (halaman 77)

               Ya, secara umum, saya suka kisah ini, meski ada bagian yang membuat saya kurang sreg. Tiga bintang untuk novel remaja ini. Terimakasih sudah mengingatkan saya tentang kisah cinta Ikal dan A Ling ya. Sweet memories. ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Big Ad