Penulis : Razali
Penerbit : Tiga
Serangkai
Terbit : 2005
Tebal : iv +
68 halaman
ISBN : 979-668-870-0
Resensi Buku :
Novel anak ini terdiri dari
sepuluh bab, dengan kisah yang memikat. Meski ceritanya sederhana, namun ada
pesan positif yang ingin diajarkan oleh penulisnya pada pembaca anak-anak.
Target pembaca buku ini adalah anak-anak usia 10-12 tahun.
Cerita bermula dengan pengenalan tokoh-tokohnya yaitu Randi,
anak kelas enam SD, dengan keluarga yang sederhana. Randi memiliki dua kakak,
yaitu Bang Eko dan Kak Dwi. Kak Dwi sudah menikah, dan Randi pun punya orang
tua yang baik hati juga kakek yang baik, bernama Kakek Sukirman. Ia tinggal di
sebuah bukit bernama Bukit Sanggau Permai.
Randi anak desa yang desanya adalah sebuah daerah
terpencil. Saking terpencilnya, Randi jika ingin melanjutkan sekolah ke SMP,
maka ia harus punya modal yang besar, karena transportasi ke kota sangat sulit.
Jarak SMPnya sejauh 75 kilometer yang bisa ditempuh dengan ojek motor selama
tiga jam dengan biaya empat puluh ribu. Bayangkan ya, empat puluh ribu saat
tahun 2005 itu berapa banyak? Mahal sekali, kan? Jika pun harus jalan kaki,
baru bisa sampai setelah setengah hari berjalan sejauh itu.
Randi anak yang rajin, ia juga dekat dengan kakeknya. Suatu
ketika kakeknya bercerita tentang buah tengkawang, karena Randi menanyakannya.
Ternyata dulunya desanya merupakan desa yang sangat berpotensi, karena memiliki
pohon buah tengkawang. Buah ini sangat dicari oleh orang Belanda pada zaman
penjajahan dulu. Orang Belanda meminta penduduk menjual padanya, karena orang-orang
tak tahu kegunaan buah tengkawang, maka mereka pun mau menjual. Kayu-kayunya
dijadikan bahan bakar untuk dapur. Jadilah saat ini buah tengkawang sangat
sedikit ditemukan di desa kecil itu. Hanya kakeknya yang masih mau menanamnya.
Sejak mendengar tentang keistimewaan tengkawang, Randi
berniat untuk menanamnya, akhirnya ia menyemai buat tengkawang, lalu ditanam di
kebun. Ternyata kakek tahu dan akhirnya membantu Randi untuk membuat polibag
juga memindahkan tunas-tunas yang tumbuh. Ternyata setelah tunasnya tumbuh,
keajaiban terjadi. Apakah keajaiban itu? Berhasilkah Randi menanam buah
kesayangannya itu? Bagaimana kelanjutan kisah Randi?
***
Saya baru mendengar nama buah tengkawang dari buku ini. Bentuknya pun masih samar-samar
menurutku, mungkin nanti bisa saya cari di google. :D Btw, Randi yang rajin shalat dan penurut pada orang tua,
ternyata mendapatkan keajaiban. Sebuah keajaiban yang ia dapatkan karena kerja keras.
Novel ini memang terbilang sederhana, namun muatan
ceritanya tidak sesederhana yang dibayangkan. Coba bayangkan ada berapa orang
anak yang membaca kisah ini dan tertarik melakukan seperti Randi. Pasti suatu
saat desa yang mati akan tumbuh menjadi asri kembali. Ini artinya novel ini
sukses membuat pembaca tersugesti dengan idenya agar banyak orang mau untuk
melindungi lingkungannya. Anak-anak yang membaca buku ini pun bisa jadi
bersemangat untuk menanam tanaman karena kelak suatu saat akan mendapatkan
hasil kerja keras yang mereka dapatkan. Anak-anak juga bisa belajar mempraktikkan
langsung apa yang diajarkan kakek yaitu menyemai bibit tanaman.
Saya suka quote ini :
“Selain faktor kebetulan, kita juga harus meyakini adanya
kehendak Yang Maha Kuasa. Apabila sudah kehendakNya, semuanya mungkin dan bisa
terjadi." (halaman 62)
Overall, tiga
bintang untuk novel ini. ;)
Mba Ila, komplit resensinya..jadi daftar buruan buku nih buat anakku..
BalasHapussaya juga suka quote yang emak suka hehehe:
BalasHapusSaya suka quote ini :
“Selain faktor kebetulan, kita juga harus meyakini adanya kehendak Yang Maha Kuasa. Apabila sudah kehendakNya, semuanya mungkin dan bisa terjadi." (halaman 62)
Hmm buku yg lagi dibacakan untuk para krucils sudah mau tamat (saya bacakan sebagai pengantar tiudr mak), boleh juga yaa buku ini untuk buku lanjutannya ..
:)