Judul Buku : Si Badung Jadi Pengawas
Penulis : Enid Blyton
Terbit : Cetakan ketujuh, Februari 2012
Penerbit : Gramedia
Tebal : 256 halaman
ISBN : 978-979-22-8032-6
Rating : 4/5
Resensi Buku :
Kisah Elizabeth Allen di buku ketiga ini berkisah tentang
ia yang ditunjuk sebagai pengawas kelas satu. Baginya, menjadi pengawas adalah
sebuah kebanggaan. Demi menjaga kredibilitasnya, Elizabeth berusaha mencari
jawaban atas masalah di kelasnya, sendirian!. Bayangkan saja, Arabella gadis
manis yang sopan dan selalu berusaha menjaga penampilannya membuat Elizabeth
muak dengan gayanya yang suka membual. Arabella juga membuat ulah dengan
membuat sebuah pesta tengah malam, tanpa diketahui Elizzabeth. Elizabeth
kebingungan untuk membuat Arabella berubah sikap dan menyesuaikan diri dengan
iklim belajar di Whyteleafe
Ada juga seorang siswa baru bernama Julian. Arabella dan
Julian membuat Elizabethh gusar karena kelakukan mereka. Julian suka membuat
gaduh kelas dengan suaranya yang menirukan suara-suara aneh sehingga
mengacaukan proses belajar. Dua kali pula, ia mengerjai Elizabeth sehingga
dihukum keluar kelas yang membuatnya mendapat catatan “penting” selama menjabat
sebagai pengawas.
Elizabeth juga bertengkar dengan Julian dan menuduhnya
mencuri karena uang Arabella dan Rosemary sering hilang, juga permen yang
dimilikinya. Karena itu Elizabeth memasang jebakan. Ia membuat uang koin 1
shillingnya ditandai dengan silang. Setelahnya ia taruh di laci meja. Selang
beberapa waktu, koin dan permennya hilang juga. Permen itu ditemukan di saku
jaket Julian dan jatuh saat Julian ingin mengambil sapu tangannya. Uang yang
ditandai oleh Elizabeth juga dipakai oleh Julian saat bermain, Julian
mengatakan uang itu ia dapat saat jatah pembagian uang di Rapat Besar Mingguan.
Karena merasa aneh, Elizabeth mengadukan Julian di Rapat
Besar Mingguan yang diadakan di sekolahnya. Di sini, anak-anak bisa mengadukan
apa pun yang menjadi masalah mereka. Di rapat ini juga, semua pengakuan dan
penyelesaian masalah akan dituntaskan oleh anak-anak, hasilnya akan dicatat oleh
William dan Rita di buku besar Whyteleafe. Di rapat inilah, Elizabeth mengalami
masalah besar, ia dikeluarkan sebagai Pengawas karena dituduh memfitnah Julian.
Dapatkah Elizabeth keluar dari masalah rumit ini? Bagaimana nasib anak lainnya
yang bermasalah sepanjang semester?
***
Buku ini membuat saya takjub dengan idenya yang keren!
Karena sebelumnya saya pernah baca kisah ke-4 seri buku ini, namun belum paham
sejarah tentang rapat besar, di buku ke-3 hal ini dijelaskan lebih detail
sehingga pembaca tahu apa urgensi rapat setiap minggunya. Selain sebagai sarana
berorganisasi, rapat besar juga menjadi sarana menyelesaikan masalah. Anak-anak
diajak berorganisasi, membuat peraturan sendiri, mematuhinya, dan memberi hukuman
bagi yang melanggar. Anak-anak diajak untuk memecahkan masalah dan juga memilih
wakil dari kelas mereka untuk menjadi pengawas. Ada dua belas pengawas yang siap untuk menyelesaikan
masalah setiap minggunya.
Di rapat ini juga, setiap prestasi anak-anak akan
diumumkan, sehingga anak menjadi tertarik untuk berprestasi dan mendapat nilai
bagus setiap minggunya. Anak yang prestasinya minus, seperti Julian juga akan
dicari tahu penyebabnya, sehingga masalah prestasi akan segera bisa diatasi. Di
rapat ini anak-anak juga jadi belajar bagaimana berbagi pada sesamanya.
Anak-anak harus mengumpulkan uang yang mereka punya untuk dimasukkan semuanya
ke kotak yang diedarkan, lalu selanjutnya setiap anak akan dibagikan uang,
mereka akan mendapat uang saku selama seminggu sebesar dua shilling saja. Jadi,
anak yang kaya seperti Arabella harus belajar untuk berbagi, juga anak yang
miskin tetap mendapat jatah uang yang sama dengan temannya, sehingga
kesenjangan sosial dapat diatasi. Keren kan idenya? Saya jadi berharap kalau di
Indonesia ada sekolah seperti Whyteleafe.
Tokoh Julian mengingatkan sama pada Eri Susan dengan suara
perutnya yang bisa menirukan suara apa pun tanpa menggerakkan mulutnya. Keren
ya? :D
Saya suka bagaimana cara William membuat Julian berpikir
dengan kalimatnya yang bijak :
“Memang menyenangkan
untuk membuat seluruh kawanmu tertawa, memang menyenangkan untuk jadi pahlawan
karena leluconmu tetapi akan lebih baik lagi bila itu kausertai dengan kerja
keras agar kelak kau bisa jadi pahlawan pula di bidang ilmiah atau di bidang
penemuan. Agaknya kau hanya memperhatikan dirimu sendiri, memperhatikan apa
yang kau ingini saja. Suatu hari kau akan berpikiran lain. Tapi entahlah apa
yang akan mengubah pendirianmu. Kurasa hanya sesuatu yang mengguncangkan
batinmu saja yang bisa membuat kau berubah pendirian.” (halaman 181)
Overall, saya suka buku ini, penuh intrik dan menegangkan hingga akhir cerita. Aroma persahabatan dan persaingan di
sekolah asrama Whyteleafe sangat membuat saya berpikir ulang tentang bagaimana
cara mendidik anak dengan baik dan benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Anak-anak
juga bisa belajar keberanian dari Elizabeth, kecerdasan dari Julian dan
ketekunan dari John. Empat bintang untuk kisah keren ini. :D
Ilustrasi nya bagus :)
BalasHapusIya, direcover, Kak. Dulu ilustrasi covernya ga begini. Hehe :D
Hapusbelum pernah baca buku si badung.. jd pgn baca jg :)
BalasHapusBagus mba Nathalia. Yuk dibaca :D
HapusIni buku kesayanganku waktu aku ABG dulu....
BalasHapusShasa pun sudah aku belikan serial si Badung ini
Tapiiii aku suka cover yang lama... cover yang baru ini enggak banget deh :(