Langsung ke konten utama

Review Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring - Andreas Kurniawan


Judul Buku: Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Penulis: Andreas Kurniawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 212 halaman

Terbit : edisi digital, 2023

ISBN: 9786020674674

Rating buku: 4/5 🌟


Baca ebook di @gramediadigital


❤️❤️❤️


[Resensi Buku] Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring - Andreas Kurniawan : 


"Tidak sedih, tidak menangis, hanya berduka." -hlm 59


Apakah seorang pria boleh menangis dan berduka? 


Pertanyaan yang sungguh penting, tapi jawabannya kadang membuat kita bertanya-tanya. 


Kenapa pria tak boleh menangis? 


Apakah karena pria diasosiasikan sebagai makhluk yang maskulin sehingga tak layak untuk menangis, atau berduka? 


Buku Seorang Pria Yang Melalui Duka Dengan Mencuci Piring karya Andreas Kurniawan berkisah tentang lika liku penulis dalam menghadapi duka. Beliau juga seorang psikiater. 


Balik ke isi bukunya, di buku ini dibahas bagaimana seseorang melalui fase duka. 


Cuci piring itu seperti berduka. Tidak ada orang yang suka melakukannya, tapi pada akhirnya, seseorang harus melakukannya.



 

Jika duka adalah wujud lain dari cinta, mengapa ada orang yang sulit merespon duka? 


Lalu, berduka dalam waktu yang lama, bolehkah? 


Ya... walo gimana pun namanya sedih ya tetap bisa dirasakan manusia. Meskipun dalam tahap yang berbeda-beda. 


Upaya menghilangkan duka sama saja dengan menghilangkan cinta, keduanya sama-sama tidak mungkin. Tapi, kita bisa menentukan sikap yang ditunjukkan ketika berduka.


Makin besar rasa cinta, makin besar rasa dukanya. 


Makanya, ada orang yang berduka dalam waktu yang sangat lama. Bukan dalam hitungan bulan atau tahun, tapi butuh waktu hingga seumur hidupnya.


Proses menyembuhkan duka itu ibarat mencuci piring. Nggak ada yang mau sukarela nyuci piring, tapi harus tetep dikerjain, kan? 


Kalau nggak, nanti cuciannya bisa bereproduksi *kata dedek Nam Bada di drakor #DoctorSlump 😅


Nam Bada yang disuruh ibunya nyuci piring 😅


Makin lama piring-piring nggak dicuci, ya makin nempel deh tuh... semua noda-noda bekas makanan.


Noda-noda di piring ini ibarat duka yang telah dilalui. Semakin cepat dicuci, semakin mudah untuk mengikhlaskan. 


Nggak gampang, tapi... ya gimana lagi? 🤧


Jadi sebenernya proses menyembuhkan duka itu satu-satunya cara adalah dengan menghadapinya. Bukan dengan menghindarinya. 


Sumber dari duka itu tetap harus dihadapi. Pada akhirnya, setiap orang punya caranya masing-masing untuk melewati duka.


Buku ini cocok dibaca bagi siapapun yang sedang ada di masa grieving ataupun nggak. Bisa jadi seseorang butuh waktu untuk melewati fase itu.

 

Jangan buru-buru menyuruh orang menerima. 


Aku paling suka pas penulis bahas tentang kenapa manusia nggak bisa selalu bahagia dalam waktu yang lama. Harus ada variasi suka duka dalam hidup. Biar hidup seimbang. 


Otak manusia didesain dengan sangat canggih. Kalau dapat stimulus yang bikin bahagia, tapi terus-terusan, kadar bahagia itu malah berkurang.


Buku nonfiksi ini bisa memberi penguatan bagi jiwa yang sepi dan sendiri mengatasi duka. 


Gaya bahasa tulisannya santai, dan tidak menggurui. Berasa ada teman curhat yang mampu memahami sisi emosional orang yang sedang merespon duka dalam dirinya. 


Berduka boleh, tapi jangan lupa untuk tetap hidup. 


Semoga bahagia datang padamu dan duka pun sirna seutuhnya. 🥹


Selamat membaca yaa! ❤️


 ❤️❤️❤️


[Kutipan Buku] Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring - Andreas Kurniawan : 


“Penerimaan itu bukan sesuatu yang pasif dan kita membiarkan dunia menghantam kita dengan segala rasa sakitnya. Penerimaan adalah perilaku aktif dan kita diminta merespons serta memilih apa yang perlu diterima dan apa yang tidak.”—hlm. 90


“Berduka itu wajar. Tapi, ketika kita melekat dengan pikiran berduka, maka itu akan berkembang jadi penolakan akan realitas dan ketidakberdayaan. Berdukalah sewajarnya.”—hlm. 123


"Ingatlah bahwa apa yang hilang bisa diganti, tapi tidak selalu harus diganti. Kehilangan seorang pasangan bukan berarti kamu harus menggantinya dengan pasangan baru. Kehilangan seorang anak bukan berarti sepasang orangtua perlu segera merencanakan program hamil lagi. Tapi, rasa sepi, rasa sendiri, rasa tidak berdaya, rutinitas, itu yang bisa---dan perlu---diganti." ーhal.124


“Aku percaya bahwa selama kita bisa menyeimbangkan hidup, maka kita akan baik-baik saja. Bekerja dan hiduplah secara seimbang dalam judul work-life balance.”—hlm. 174


❤️❤️❤️






[Sinopsis Buku] Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring - Andreas Kurniawan : 


Ketika menyambut pasien yang sedang berduka, seorang psikiater akan menggali keilmuan yang dimiliki.


Dia akan mengulik semua teori duka yang pernah dipelajari di masa kuliah dulu dan mengingat pengalaman dari pasien-pasien sebelumnya.


Kemudian, dia menyintesis itu untuk membantu pasien yang sedang berduka di hadapannya.


Tapi, ketika Andreas-seorang psikiater-kehilangan anaknya, dia melakukan hal yang berbeda.


Dia melemparkan semua teori tersebut ke luar jendela dan memutuskan untuk mencari makna tentang mengapa ini semua terjadi.


Dalam pengalamannya, dia menemukan bahwa duka bisa dilalui dengan mencuci piring kotor yang menumpuk di dapur.


Buku ini adalah proses Andreas memaknai kehilangan besar dalam hidupnya.


Diceritakan santai dengan tambahan sedikit bumbu humor gelap, buku ini memuat panduan bermanfaat yang langsung bisa diaplikasikan dalam hidup, seperti: "Tutorial Mencuci Piring", "Tutorial Menyusun Puzzle", dan tentunya "Tutorial Menerima Kematian Seorang Anak".


"Hampir semua orang mempertanyakan: apa hubungannya antara duka dan mencuci piring? Jawaban saya adalah duka itu seperti mencuci piring, tidak ada orang yang mau melakukannya, tapi pada akhirnya seseorang perlu melakukannya."


Komentar

  1. Tapi dibanding ngepel aku mending nyuci piring mbak.
    dan sama saja semuanya emng mau ngga mau harus dilakukan.
    Kalo disuruh milih, punya pembantu biar dia yang ngerjain ya, hehe

    Bukunya seru nih, aku dari baca judulnya aja udah tertarik...

    BalasHapus
  2. Kasihan juga ya kalau urusan menangis hanya boleh pada wanita, pria?! Boleh sih tapi mungkin tidak kelamaan ya. Setuju banget nih untuk kutipan ini: Proses menyembuhkan duka itu satu-satunya cara adalah dengan menghadapinya. Bukan dengan menghindarinya" .

    BalasHapus
  3. Kukira tadinya fiksi tapi termyata ngga hehe... ternyata ga di rumahku aja yaa di rumah manapun sama cuci piring kegiatan paling males tapi kudu ada yang ngerjain hahaha

    BalasHapus
  4. "Ingatlah bahwa apa yang hilang bisa diganti, tapi tidak selalu harus diganti. Kehilangan seorang pasangan bukan berarti kamu harus menggantinya dengan pasangan baru. Kehilangan seorang anak bukan berarti sepasang orangtua perlu segera merencanakan program hamil lagi. Tapi, rasa sepi, rasa sendiri, rasa tidak berdaya, rutinitas, itu yang bisa---dan perlu---diganti." ーhal.124

    Aku beneran salut sama kutipan yang ini. Kayaknya menarik banget ya Kak, bukunya.

    BalasHapus
  5. keren nih buku, dari mencuci piring bisa jadi buku yang menginspirasi
    Karena mengupas banyak hal
    Saya termasuk orang yang gak suka cuci piring
    Dulu, kalo ada ART, saya harus memastikan dia mau cuci piring dengan bersih
    Karena duh gak tau, males banget nyuci piring

    BalasHapus
  6. Buku ini bisa menjadi teman saat duka atau sedih ya. Biar enggak makin pesimis menjalani hidup. Ada banyak sisi kalimat yang bisa merasuk dalam pikiran. Kutipannya cukup menjadi penyejuk ya

    BalasHapus
  7. judulnya asli bikin penasaran jadi pengen baca lanjutannya nih, apalagi bagus bgt bahas topik stereotip laki-laki yang gak boleh terlihat 'lemah' saat sedang bersedih/berduka

    BalasHapus
  8. Suka banget dengan paragraf terakhir. Kalo dipikirkan lebih lanjut, mencuci piring mewakili usaha kita untuk menghilangkan segala kotoran yang menempel yang kalau dilihat lama-lama tentunya akan mengganggu. Dan jika dibiarkan, kotoran itu akan menjadi kerak, menempel lebih lama hingga malah susah dibersihkan. Analogi yang apik banget.

    BalasHapus
  9. antara cuci piring dan sebuah kedukaan. Ini jadi mengingatkan daku juga sama film India ada momen dia menghilangkan kedukaannya lewat cuci piring.
    Keknya ini kalau baca bukunya bakal dapat nuansa yang berbeda

    BalasHapus
  10. Aku sejak baca buku ini jadi ngikutin sosmednya dr. Andreas.
    Ternyata bliau in realyfe adalah psikiaternya artis dan pejabat Indonesia.
    Memang kepribadiannya se-asik itu kalau diajakin ngobrol mengenai kesehatan mental. Aku jadi paham mengenai makna berduka dari duka yang bliau tuliskan di buku ini. Gak percaya kalau belum baca, tapi rl, ini buku bikin mata bengkak.

    BalasHapus
  11. Salah satu pekerjaan rumah yg aku sukai adalah cuci piring. Menarik juga ya ternyata cuci piring bisa menjadi salah satu cara menghilangkan duka jadi pengen baca bukunya. Suka banget sama kata2 di atas boleh berduka tapi tatplah hidup :') ngena banget di aku ketika bapak meninggal

    BalasHapus
  12. Berduka boleh, tapi harus berusaha tetap hidup.

    Membaca kalimat ini kok aku auto ingat kasus bunuh diri satu keluarga yang barusan ramai ini ya.

    Emang bener sih ya, kalau terus-terusan merasakan bahagia, maka gregetnya pasti lama-lama berkurang, kayak udah biasa aja gitu. Jadi memang bahagia dan duka itu justru yang memberi warna di kehidupan kita ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com