Langsung ke konten utama

Review Novel Whale : Dendam Nenek Tua Yang Membawa Petaka dalam Theater Paus



Ada yang sudah pernah baca novel Whale karya Cheon Myeong-kwan?


Novel ini masuk dalam longlist International Booker Prize 2023 dan menjadi novel yang memikat sejak awal bab hingga akhir. 

 

Novel ini berkisah tentang Geumbok, Chunhui, dan perempuan bermata satu yang saling bertautan takdir dengan kutukan nenek tua.

 

Nenek tua yang malang itu meninggalkan warisan uang dan akta tanah yang turun dari langit-langit rumah Geumbok akibat banjir bandang di malam hari.

 

Paginya, Geumbok yang shock segera mengamankan uangnya dan mencari tahu di mana tanah yang dimaksud. Ia segera mendirikan pabrik batu bata di Nambaran dan theater Paus di Pyeongdae bersama Mun dan Chunhui.

 

Sayangnya, dendam nenek tua itu mengundang bencana dalam hidup orang-orang yang memakai hartanya.

 

Kematian 800 an orang di theater berbentuk Paus telah menelan korban yang sangat banyak.

 

Kebakaran itu menyisakan duka mendalam bagi Chunhui karena dia dituduh sebagai pelaku pembakaran theater. Gadis bisu itu bahkan tak bisa membela dirinya sendiri.

 

Lalu, apa hubungan theater dengan konflik kepentingan politik Korea Utara dan Korea Selatan? Apa hubungan ikan paus dengan hidup Geumbok yang berjalan seperti roller coaster?

 

Yuk, baca novelnya ya! 😍

 

***

 

Novel Whale bersetting di desa kecil korea bernama Pyeongdae, dan Nambaran. Sebuah desa terpencil di lembah yang berkabut. Tanahnya dipenuhi oleh rawa, namun secepat kilat ditimbun dengan batu dan tanah agar bisa digunakan sebagai tempat pembuatan batu bata.


Baca juga : Review Buku Korea School Nurse Ahn Eunyoung  by Chung Serang

 

Seorang perempuan ambisius bernama Geumbok membuat gebrakan baru dalam hidupnya. Ia ingin membuat batu bata terbaik di lahan yang ditemukannya.

 

Lahan tanah tak bertuan itu sebenarnya milik seorang nenek tua yang sudah meninggal. Nenek itu menyimpan uang dan akta properti yang dimilikinya di langit-langit rumahnya.

 

Nenek tua ini memiliki dendam yang kuat pada dunia hingga ia rela untuk bekerja keras dan berhemat agar bisa menabung.

 

Sayangnya, uang yang disimpannya secara tersembunyi tak sempat dinikmatinya. Ia justru meninggal dalam kondisi tragis.

 

Tak disangka, harta karun nenek itu jatuh dari atap langit rumah Geumbok saat hujan turun deras.

 

Malam itu, Geumbok mendapat jackpot dari atap langit rumahnya. Dan dimulailah petualangannya menggapai ambisinya mendirikan pabrik batu bata dan teater film ternama di Pyeongdae.

 

Bangunan theater ini berbentuk Paus, yang mengantarkan pembaca pada kisah tragis selanjutnya.

 

Sebuah kebakaran hebat terjadi di gedung theater dan Chunhui dituduh sebagai pelaku pembakaran hingga menewaskan 800 an orang.

 

Kisah novel bergulir dengan indah, mistis, misterius, dan gelap saat penulis mengajak pembaca untuk mengenal berbagai karakter tokoh yang dijabarkan dalam 3 bagian terpisah dengan 2 epilog di novel Whale ini.

 

 

Bagian terbaik novel Whale :

 

1. Membahas Ambisi Manusia Hingga Titik Tertinggi

 

Setiap manusia memiliki ambisi dalam hidupnya. Namun, setiap tokoh di novel ini digambarkan dengan cara yang sungguh di luar nalar.

 

Sadis, kejam, kelam, dan bikin shock. Kesan itu yang saya tangkap saat membaca novel Whale.

 

Ambisi Geumbok untuk keluar dari garis kemiskinan membuat pembaca ikut bersimpati padanya. Geumbok berambisi menjadi perempuan paling tangguh. Tapi takdir justru menyeretnya pada hidup yang menyedihkan. Teror kematian demi kematian datang menghantuinya.

 

Geumbok sampai pada titik di mana dia kehilangan jati dirinya sendiri dan berganti tampilan menjadi laki-laki demi bisa dianggap tangguh.

 

Geumbok tak mau menampilkan sisi dirinya yang rapuh pada orang lain. Ia ingin terlihat kuat, dan dapat diandalkan, sehingga ia juga disebut sebagai Ketua Gengster.

 

2. Konflik Perseteruan Korea Utara dan Selatan

 

Perang menghancurkan segalanya termasuk salah satunya adalah meniadakan harapan manusia untuk hidup dengan layak dan normal sebagaimana manusia pada umumnya.

 

Geumbok merasakan bagaimana kejamnya perang Korea Utara dan Selatan, saat ia harus berjuang untuk menghadapi kematian demi kematian dalam hidupnya. Ia bahkan menjadi pengemis dan gelandangan selama masa perang berlangsung.

 

"Geumbok bergerak ke utara ketika orang-orang melarikan diri ke arah yang berlawanan ke selatan. Mayat-mayat tergeletak tak terurus dan membusuk di pinggir jalan, dan orang-orang memasak makanan tepat di sebelah mereka."

 

"Orang-orang dibunuh karena alasan sederhana bahwa mereka masih hidup."

 

Geumbok tetap bertahan hidup dengan berbagai cara agar bisa tetap menjalani hidup yang diberikan padanya. Namun, yang terjadi adalah tragedi demi tragedi itu membuat Geumbok merasakan luka yang kuat di dalam dirinya, yang ditutupinya dengan cara bekerja terus-menerus menghasilkan yang terbaik.

 

Konflik perang Korea Utara dan Selatan juga diselipi dengan perpecahan ideologi. Kerusuhan akibat efek ideologi komunis juga ada di dalam alur cerita.

 

Kasus penangkapan orang karena dituduh komunis juga terjadi di novel Whale.

 

Geumbok menuduh orang yang tidak disukainya dengan mengatakan Si Penipu termasuk gerombolan pendemo. Para pendemo ditangkap dan disiksa dengan cara yang sadis. Bahkan, Mun, pasangan Geumbok yang juga penggagas pabrik batu bata juga dihakimi hingga kakinya patah.

 

3. Isu disabilitas yang kental dan dialami para tokohnya

 

Setiap tokoh novel Whale mengalami disabilitas dalam hidupnya.

 

Misalnya : nenek tua yang meninggal karena sakit parah selama berbulan-bulan yang merayap seperti serangga, seorang perempuan bermata satu yang kehilangan satu lengannya.

 

Ada juga Geukyong yang mengalami luka parah akibat badai Laura dan obesitas hingga meninggal dalam kondisi tragis.

 

Ada juga lelaki yang memiliki bekas luka juga meninggal dalam kondisi perutnya terburai dan kehilangan 6 jari tangannya karena obsesi cinta masa muda.

 

Ada juga tokoh pemuda idiot yang memiliki keterbatasan intelektual sehingga kesulitan menjalani hidup dengan normal.

 

Seorang lelaki bernama Mun yang kehilangan penglihatannya karena mengalami penyakit katarak dan juga kaki yang patah karena disiksa sehingga tidak bisa berjalan dengan normal.

 

Selain itu, Chunghui juga mengalami disabilitas, ia bisu hingga akhir hayatnya.

 

4. Isu kejiwaan yang dialami para tokohnya

 

Para tokohnya juga merasakan perubahan kejiwaan karena tragedi yang terjadi dalam hidupnya.

 

Misalnya : Geumbok yang berubah menjadi laki-laki karena ia tidak percaya dengan dirinya sendiri. Ia ingin menjadi tangguh dan terlihat maskulin. Ia juga ingin melarikan diri dari masalah.

 

Lalu, ada dua orang kembar identik yang ternyata saling bertukar jiwa dan peran. Hal ini yang mengindikasikan bahwa ada kejiwaan yang terganggu karena mereka menjalani pertukaran peran hingga akhir hidupnya

 

5. Isu kekerasan seksual dan fisik pada para tokohnya

 

Tak terhitung berapa banyak kekerasan seksual yang terjadi pada para tokohnya. Selain itu  fisik tokohnya juga babak belur dihajar takdir hidup yang sungguh tragis dan tidak manusiawi.

 

"Perempuan yang pemarah menjambak rambutnya dan laki-laki yang kasar meminta untuk menidurinya dan merupakan hal yang lumrah bagi pengemis lain untuk memukulinya dan meninggalkannya di selokan. Ini adalah hukum dunia."

 

Selain itu, fisik para tokohnya juga digambarkan dengan cara yang sungguh di luar Nalar. Misalnya seperti wajah seseorang yang rusak karena digigit oleh Chunhui.

 

6. Isu kemiskinan adalah akar segala masalah

 

Secara garis besar penulis menggambarkan bahwa kemiskinan adalah akar dari segala masalah kehidupan yang dialami oleh manusia.

 

Kemiskinan bisa membuat seseorang berbuat kejahatan sehingga menghasilkan tingkat kejahatan serius yang tidak masuk akal dan sulit untuk dihadapi oleh orang lain.

 

7. Ide Surealis Magis yang tidak realistis

 

Saya pernah baca novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniasan yang juga menggambarkan surealis magis. Namun, novel Whale ini sangat di luar nalar dan berkali-kali lipat mengerikan dibanding "Cantik Itu Luka".

 

Novel surealisme magis meski tidak realistis, namun mampu membawa pembaca kepada sebuah dongeng yang sangat indah, namun kejam dan kelam. Inilah yang membuat ceritanya menjadi mengerikan dan horor.

 

Kita bisa lihat dari karakter tokohnya yang memberikan kutukan pada Geumbok karena mengambil uang dan harta yang ditinggalkan nenek tua.

 

8. Prostitusi yang menjadi masalah

 

Prostitusi dalam novel Whale ini berada di level yang sangat mengerikan karena bisa membuat pembaca merasa mual dan ingin muntah setelah membacanya.

 

Bayangkan bagaimana seorang gadis bertahan hidup dengan cara menjual dirinya? Yaa... hanya demi mendapatkan makanan, karena ia tidak memiliki uang sama sekali. Nilai diri jadi serasa tak ada harganya.

 

9. Narasi cerita yang sangat kuat

 

Narasi ceritanya sangat kuat sehingga membuat deskripsi tempat kejadian yang dialami tokohnya serasa sangat dekat dengan kita. Sehingga pembaca bisa masuk ke dalam cerita tersebut dan merasakan apa yang dialami para tokohnya. Inilah yang membuat saya bisa ikut berempati pada tokoh tersebut.

 

Setting daerah Pyeongdae dan Nambaran sangat deskriptif dan filmis. Sehingga membuat saya serasa diajak berjalan-jalan ke tempat itu. Sambil melihat bunga, tempat pembuatan batu bata, sungai, rel kreta, dermaga, rumah tepi laut, dan theater Paus.

 

10. Tokoh Jumbo dan Chunhui yang saling terhubung

 

Gambaran tokoh Jumbo dan Chunhui yang saling terhubung hanya melalui telepati terasa manis sekali. Menulis mampu membuat pembaca ikut merasakan bagaimana kehilangan yang dialami oleh Chunhui yang membuat ia depresi.

 

Hanya kenangan indahnya bersama Ibu, Ayah tirinya, si kembar dan Jumbo yang mampu membuat ia sanggup  menjalani sisa hidupnya, dengan membuat batu bata hingga akhir hayatnya.

 

11. Karakter tokoh kuat dan misteri alur yang terjaga hingga akhir cerita

 

Cerita tokoh ini sangat kuat dan alurnya terjaga hingga akhir. Menurut saya, novel Whale sangat memikat karena bisa membuat saya tetap penasaran, hingga selesai membaca sampai bab terakhir.

 

Novel Whale menggambarkan bagaimana tragedi demi tragedi mampu menciptakan karakter orang menjadi berbeda dibanding mereka sebelumnya.

 

Kisah novel Whale juga menggambarkan ambisi yang kuat untuk menjadi sesuatu yang besar, yang justru menerkam ego diri sendiri.

 

Manusia memiliki batasan, namun menerobos batasan ternyata menciptakan takdir yang mengerikan.

 

12. Kisah Cinta Tak Berbalas dan Tragis

Novel ini juga mengisahkan bagaimana cinta sejati sulit untuk dimiliki di masa peperangan. Bagi disabilitas, masalah cinta dan cita-cita juga menjadi masalah besar karena mereka merasa dunia tidak berpihak padanya.

 

Cinta dan nafsu jadi saling tumpang tindih yang menyebabkan kekacauan hidup, seperti naik roller coaster.

 

"Dia menginginkan bisikan curhatnya, keluhannya, senyumannya, yang sebenarnya dia inginkan hanyalah pelukan dan air matanya, suara napasnya, dan cintanya. Apa yang ia inginkan pada akhirnya adalah segala sesuatu tentang Geumbok, dan memiliki semuanya selamanya. Inilah hukum cinta. (90)

 

Hikmah filosofis juga digambarkan penulisnya dengan indah di akhir cerita, bahwa manusia akan hidup selamanya dalam ingatan seseorang.

 

Selama kenangan itu ada, maka kita tak akan takut menghadapi akhir hidup dalam kesunyian dan kesendirian.

 

Novel Whale yang kelam menyisakan kegelisahan bagi jiwa pembaca seperti saya. Saya jadi ikut mempertanyakan, “Apa makna hidup yang sebenarnya, jika semuanya pasti akan musnah?”

 

Kisah dendam nenek tua yang membawa petaka ini mampu mengaduk sisi emosionalku. JIka Geumbok menikah dan hidup bahagia, apakah semua tragedy yang terjadi akan sirna dengan sendirinya? Atau ini karena keserakahan manusia yang tak kenal kata cukup?

 

Sosok Geumbok pun menjadi heroin yang anomaly, namun mampu menyihir pembaca untuk mengikuti kisahnya hingga akhir. Novel ini juga menampilkan romansa dan komedi di sela-sela alur cerita yang padat.

 

Gambaran Paus menjadi filosofis karena menunjukkan bagaimana akhir hidupnya. Paus yang besar dan terlihat menawan, justru mati dengan tragis dan menyisakan daging saja. Seperti kematian yang dialami para tokohnya, pada akhirnya manusia akan mati dan tak membawa apapun yang ia miliki selama di dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com