Cover Jalan Cinta Para Pejuang |
Biodata Buku :
Judul
Buku : Jalan Cinta Para Pejuang
Penulis
: Salim A. Fillah
Penerbit
: Pro-U Media, Yogyakarta
Tahun
Terbit : Mei 2008
Tebal
Buku : 344 halaman
Sinopsis :
Di
sana, ada cita dan tujuan
yang
membuatmu menatap jauh ke depan
Di
kala malam begitu pekat
dan
mata sebaiknya dipejam saja
cintamu
masih lincah melesat
jauh
melampaui ruang dan masa
kelananya
menjejakkan mimpi-mimpi
Lalu
disengaja malam terakhir
engkau
terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan
mimpi indah yang belum selesai
dengan
cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan
gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan
nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan
cinta yang selalu mendengarkan suara hati
Teruslah
melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar
kebajikan, menghentikan kebiaaban, menyeru pada iman
walau
duri merantaskan kaki,
walau
kerikil mencacah telapak
sampai
engkau lelah, sampai engkau payah
sampai
keringat dan darah tumpah
tetapi
yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di
jalan cinta para pejuang
Salim
A. Fillah
***
Resensi :
Tahun
2006 saya mulai suka dengan buku-buku yang ditulis oleh Salim A. Fillah. Sejak
itu saya sering mengoleksi bukunya, sampai sempat berburu bukunya di Islamic
Book Fair yang diadakan di kampus. Itu satu-satunya IBF yang pernah saya
datangi. Hihi, karena letaknya yang dekat dengan kampus, yaitu di gedung
perpustakaannya. Bahkan ada beberapa buku yang saya miliki telah dipinjam teman
sekos namun belum dikembalikan. Saya bahkan sampai lupa judul apa saja yang
pernah saya punya. Hanya tersisa buku Jalan Cinta Para Pejuang diantara buku
yang hilang itu. Hiks, rasanya kok yaa, gemes pengen beli lagi tapi bingung
juga mau ditaruh di mana. Raknya udah penuh, hehe
Salim
A Fillah memiliki kekhasan gaya bahasa yang lembut namun mengena. Mirip syair
tapi bukan. Apa ya jadinya? Ya gitu deh, semacam esai yang ditulis secara gaya
bahasa yang santun dan indah. Saya suka kekhasan itu, kadang sampai terbawa di
tulisan-tulisan saya sekarang.
Salim
mudah menuliskan banyak tema dengan beragam namun masih mengikat unsur baru.
Dan itu membuat saya belajar untuk mengurai tema-tema yang sudah ada menjadi
tidak biasa dan memiliki kekhasan sudut pandang. Ada yang mengatakan bahwa
tulisannya memang berkutat seputar dakwah islam, namun saya memaklumi ranahnya.
Setiap penulis memiliki idealismenya sendiri.
Jalan
cinta para pejuang adalah sebuah oase di tengah segala pertanyaan tentang apa
makna pejuang. Pejuang tak melulu membanggakan apa yang ia miliki di dunia, jika
ada akhirat yang lebih kekal. Apa yang membuat seorang Salim A Fillah digemari
oleh pembacanya? Aura yang terpancar di dalam tulisan menunjukkan kedalaman
pemahaman bahwa Allah ada di setiap hela nafasnya bahkan ketika ia menulis. Maka
saya pun paham, jika sampai sekarang ketika saya menulis, saya akan selalu
ingat, jika ingin tulisan evergreen, menulislah dengan hati juga diawali dengan
niat baik dan kedekatan dengan Allah. Inilah yang membuat tulisan tak gersang.
Tulisan akan tetap abadi meski telah bertahun-tahun dituliskan, rasanya pembaca
masih akan merasakan hal yang sama seperti saat membacanya pertama kali.
Saya
paling suka kisah Shalahuddin Al Ayubi.
Berkisah tentang obsesi 7 abad yang dimiliki oleh seorang sultan muda
berumur 23 tahun. Bayangkanlah, saat kamu ada di usia itu apa yang kamu lakukan
dan hasilkan agar dunia membanggakanmu? Dia melakukan hal yang di luar
ekspektasi. Dan ternyata hal ini telah dirancang sejak bertahun-tahun lamanya.
Tak ada kata instan dalam sebuah pencapaian, dan saya meyakini setiap pejuang
pasti akan menemu ujung jalan selama ia terus berjalan. Tetaplah di jalan yang
seharusnya, karena Dia akan mengukuhkan kedudukanmu di dunia dan akhirat. :)
Jumlah kata : 565 kata
Diikutsertakan dalam #5BukuDalamHidupku
buku bagus nih...saya dulu bacanya pas kuliah. gaya tulisannya Salim A Fillah memang lembut ^^
BalasHapussaya blogroll ya blognya mbak :) makasih dah mampir di blogku hihi