Cover Ping! A Message from Borneo |
Biodata Buku :
Judul : Ping! A Message from Borneo
Penulis : Riawani Elyta dan Shabrina WS
Penerbit : Bentang Belia
Tahun : Maret 2012
Jumlah Halaman : 142
Rate : 3/5
Sinopsis Buku :
Molly gadis penyayang binatang tingkat akut. Ia nekat mengiyakan ajakan Nick, teman bule-nya untuk ikut meneliti orang utan di hutan Kalimantan. Tanpa pikir panjang, Molly terbang menyusul Nick demi menemui langsung binatang yang hampir punah itu. Itung-itung sekalian liburan.
Di sela petualangannya, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya waktu SMA. Archi kini berbeda. Selain makin ganteng, ia juga menentang keras kegemaran Molly pada keselamatan satwa. Putra tunggal pengusaha sawit terkenal itu juga bersikap enggak ramah pada Nick. Liburan yang seharusnya asyik pun dirusak oleh pertengkaran.
Mungkinkah sikap Archi ini karena cemburu pada Nick? Atau ada hubungannya dengan bisnis sawit ayahnya?
Resensi Buku :
Sudah lama saya penasaran dengan isi novel ini, dan rasa penasaran saya terjawab saat saya mendapatkan buku ini dari hadiah GA. Tema penyelamatan orang utan menjadi yang utama dibahas dalam novel teenlit setebal 142 halaman ini. Sudut pandang orang pertama yang diambil berganti-ganti antara Molly dan Ping. Sudut pandang Molly ditulis oleh Mba Riawani dan Ping ditulis oleh Mba Shabrina. Novel ini merupakan pemenang Juara I Lomba Novel 30 hari 30 Buku Bentang Belia.
Ping seekor anak orang utan yang ditemukan karena menjadi incaran pemburu liar, dia hendak dijual untuk mendapatkan uang yang lumayan banyak. Apalagi karena pemburu itu tahu bahwa saat ini daging orang utan sering dicari terutama yang masih anak-anak. Isu pembunuhan orang utan memang selama ini sering didengar. Seperti dibunuh dengan cara diracun, ditembak maupun dijebak hingga akhirnya bisa dijual dengan harga tinggi.
Ping yang kehilangan ibunya akhirnya dibawa oleh pemburu sampai akhirnya dia diselamatkan dan mengalami banyak trauma disebabkan oleh perburuan itu.
Untuk sebuah novel yang bertema unik, sebenarnya ceritanya bagus. Hanya saja kurang tereksplor karena jumlah halaman yang terbatas, sehingga saya lebih banyak melihat sisi kehidupan Ping sebagai orang utan yang kesepian, terluka, sedih, karena ditinggal oleh ibunya dan mengalami trauma. Namun kurang menikmati sisi kehidupan Molly dan teman-temannya sebagai peneliti di BOS Samboja Kaltim. Untuk setting hutan, bisa tergambar dengan baik.
Mungkin jika novelnya lebih banyak ditambahkan konflik bisa lebih bagus lagi.
iya memang, novelnya terlalu tipis ya :D
BalasHapuskayanya cocok nih buat aku yang penyayang binatang. btw, kirain "ping" ada hubungannya sama bbm, hahaha xD
BalasHapus