Judul Buku : Filosofi Teras - Filsafat Yunani Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis buku : Henry Manampiring @newsplatter
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Terbit : Cetakan ke-21, Maret 2021
Tebal: 344 halaman
Genre buku: self improvement (pengembangan diri)
ISBN : 978-602-412-518-9
Rating Buku : 5🌟
Harga buku : Rp 98.000
Baca dan Download Ebook Filosofi Teras pdf di Gramedia Digital
Bisa beli buku Filosofi Teras di Shopee Gramedia.com
Sinopsis Buku Filosofi Teras by Henry Manampiring :
"Buku Filosofi Teras ini memberi cara latihan mental supaya kita memiliki syaraf titanium dan tidak gampang KO kesamber galau."
ー Dr. A. Setyo Wibowo. Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
APAKAH KAMU SERING .... MERASA KHAWATIR AKAN BANYAK HAL?
....BAPERAN?
....SUSAH MOVE-ON?
....MUDAH TERSINGGUNG DAN MARAH-MARAH DI SOCIAL MEDIA MAUPUN DUNIA NYATA?
Lebih dari 2.000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif.
Stoisisme, atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan.
Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang. Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
HENRY MANAMPIRING, penulis best-seller The Alpha Girl's Guide, membagikan pemahaman akan Stoisisme dan pengalaman mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari dalam bahasa yang ringan. jenaka, dan disertai ilustrasi oleh Levina Lesmana.
❤❤❤
Review Buku Filosofi Teras by Henry Manampiring :
Buku Filosofi Teras ditulis oleh Henry Manampiring tahun 2019 setelah mengalami banyak hal yang membuatnya divonis menderita depresi (Major Depressive Disorder). Ia merasa mengalami kemurungan yang tidak bisa dijelaskan pemicunya. Bawaannya sedih dan negative thinking terus.
Baginya, berat sekali untuk bisa mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif semudah menyalakan saklar.
Obat-obatan yang diperoleh dari konseling di psikiater membuatnya merasakan perubahan nyata dan efektif. Kesehatan mental memang bisa dipengaruhi oleh gangguan kimia di otak. Namun, ia juga ingin terbebas dari pengobatan terus menerus.
Pengobatan memang memberikan pemulihan yang sangat dibutuhkan, tetapi perlahan depresi bisa kembali menyerang. Berarti, obat saja tidak cukup, namun perlu memelihara kesehatan mental dalam jangka panjang.
Depresi ibarat alarm yang memberitahu ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Depresi juga harus dilihat sebagai upaya tubuh memberitahu ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam hidup kita.
Henry Manampiring menemukan sebuah alternatif solusi yang membantunya memperoleh ketenangan yang lebih baik pasca terapi obat. Ia menemukan Filosofi Teras (Stoisisme), sebuah filosofi purba berusia 2300 tahun, lebih tua dari agama Nasrani dan Islam.
Definisi stoic adalah seseorang yang tidak tampak memiliki emosi, baik dalam situasi susah maupun senang. Dalam bahasa Yunani, para filsuf Stoa menyebut tujuan dari filosofi Stoisisme sebagai eudaimonia atau hidup yang berkembang.
Kata "Filosofi" berasal dari gabungan dua kata Yunani: "phylos" (mencintail) dan "sophie" (kebijaksanaan). Filosofi secara literal bisa diartikan "mencintai kebijaksanaan". Bagi para filsuf Stoa, tidaklah cukup untuk memahami dan membahas filsafat saja, tetapi filsafat harus diterapkan dalam hidup nyata.
Karena itulah Stoisisme sering disebut sebagai salah satu filosofi yang paling praktis karena mementingkan aplikasi di dunia nyata, dan bukan hanya sebagai wacana teoretis/ konsep saja.
Banyak sekali dari kita yang merasa khawatir mengenai hidup ini, baik hidup secara keseluruhan atau sebagian.
Baca juga : [Resensi Buku] Show Your Work by Austin Kleon
Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring ini cocok untuk orang yang sedang belajar menemukan hidup yang lebih tenang, yang sering merasa khawatir, resah, dan kekecewaan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku Filosofi Teras ini diharapkan bisa membantu memperbaiki kehidupan sehari-hari dan membantu mengurangi tingkat kekhawatiran dalam menjalani hidup.
Buku Filosofi Teras tidak menjanjikan rahasia untuk menghilangkan kesulitan dan tantangan hidup, tetapi justru menawarkan cara-cara untuk mengembangkan sikap mental yang lebih tangguh agar bisa tetap tenang menghadapi berbagai terpaan hidup apapun.
Baca juga : Resensi Buku Dream Catcher by Alanda Kariza
❤❤❤
Filosofi Teras Memisahkan Emosi dan Nalar (Rasio) yang Memicu Emosi Negatif Manusia
Manusia sering kali disusahkan bukan oleh hal-hal atau peristiwa, tetapi oleh opini, interpretasi, penilaian/value judgment akan hal-hal atau peristiwa tersebut. Filosofi Teras tidak memisahkan antara "emosi" dan "nalar/rasio". Emosi (negatif) dianggap sebagai akibat dari nalar/rasio yang keliru.
Saat kita mengalami peristiwa hidup, sering kali ada penilaian otomatis yang muncul, dan jika tidak rasional, maka penilaian otomatis ini memicu emosi negatif.
"Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima."
- Seneca, Filosofi Teras halaman 82
Kita memiliki kemampuan untuk tidak menuruti penilaian/value judgment otomatis tersebut. Kita mampu untuk menganalisis sebuah peristiwa/objek dengan rasional, khususnya untuk memisahkan antara fakta objektif dari penilaian/opini subjektif kita.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan dengan akronim S-T-A-R (Stop-Think & Assess-Respond) dapat dipraktikkan saat kita mulai merasakan emosi negatif.
Kita juga bisa mengendalikan respons lebay terhadap segala hal dengan mengingat betapa remehnya masalah kita jika dilihat dari jauh, bahwa tidak ada yang sungguh sungguh baru di kehidupan manusia, dan pada akhirnya semua akan terlupakan oleh waktu.
(Filosofi Teras, halaman 110)
Hasil wawancara dengan Dr. Andri mengatakan bahwa kondisi psikis berkaitan dengan kesehatan tubuh kita. Jika dalam keseharian kita terbiasa hidup dengan cemas dan stres untuk jangka waktu panjang, maka tubuh juga beradaptasi dalam rentang waktu tersebut.
Sebenarnya, bukan situasi penyebab stresnya yang menjadi masalah, tetapi persepsi kita akan situasi tersebut. Manajemen cemas manajemen persepsi. Dengan media sosial, kita mengalami banjir informasi yang belum tentu benar. Ini bisa menambah kekhawatiran.
Anggaplah buku ini menjadi appetizer (hidangan pembuka) terhadap filsafat Stoisisme, dan semoga dari hidangan pembuka ini, kamu tertarik untuk menyantap hidangan utama, yaitu tulisan-tulisan mengenai Stoisisime, baik dari penulis asli maupun penulis kontemporer lainnya.
Mari kita mulai memasuki Filosofi Teras ini!
❤❤❤
Mengenal Filosofi Teras Stoisisme - Filsafat Yunani Romawi Kuno :
Filosofi Teras (Stoisisme) adalah aliran filsafat Yunani-Romawi purba yang sudah berusia lebih dari 2.000 tahun, tetapi masih relevan untuk kondisi manusia zaman sekarang.
Sebagai sebuah filsafat, Stoisisme bisa melengkapi cara kita menjalani hidup. Stoisisme bukan agama kepercayaan. Stoisisme mengandung banyak ajaran dan nilai-nilai universal yang mungkin kita dengar dari filosofi lain, nilai budaya, atau agama.
Tujuan utama dari Filosofi Teras adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali, dan hidup dengan kebajikan (virtue/arete)-atau bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia.
Manusia harus hidup selaras dengan Alam jika ingin hidup yang baik. Keluar dari keselarasan dengan alam adalah pangkal ketidakbahagiaan.
"Jika kamu hidup selaras dengan alam, kamu tidak akan pernah menjadi miskin."
(Filosofi Teras, halaman 60)
Hidup selaras dengan alam artinya kita harus sebaik baiknya menggunakan nalar, akal sehat, rasio, karena itulah yang membedakan manusia dan binatang.
Filosofi Teras percaya bahwa segala sesuatu di alam ini saling terkait (interconnected), termasuk di dalamnya segala peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita. Melawan atau mengingkari apa yang telah terjadi artinya keluar dari keselarasan dengan alam.
Baca juga : [Resensi Buku] Mengikat Makna - Hernowo
❤❤❤
Filosofi Teras: Belajar Tidak Menginginkan Hal-hal Di Luar Kendali Kita
Dalam hidup, ada hal-hal yang di bawah kendali kita dan ada yang tidak. Orang yang bijak adalah yang bisa mengenali kedua kategori ini dalam segala hal di dalam hidupnya.
Hal-hal yang tidak di bawah kendali kita: kekayaan, reputasi, kesehatan, dan opini orang lain. Hal-hal yang di bawah kendali kita: pikiran, opini, persepsi, dan tindakan kita sendiri.
Walaupun kekayaan, kesehatan, kecantikan, ketenaran bisa diusahakan, tetapi tidak bisa dijamin tidak bisa diambil dari hidup kita-karenanya mereka termasuk di dalam hal-hal di luar kendali.
Baik tidaknya hidup kita hanya bisa dinilai dari hal-hal di bawah kendali kita. Mengerti dikotomi kendali tidak sama dengan pasrah pada nasib.
"Bukan hal atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tapi persepsi akan hal-hal dan peristiwa tersebut."
(Epictetus, hal. 95)
Trikotomi kendali dari William Irvine memperkenalkan kategori ketiga "SEBAGIAN di bawah kendali kita". misalnya studi, karier, dan bisnis. Tugas kita adalah memfokuskan pada internal goal yang masih di bawah kendali kita dan selalu siap menerima hasil/outcome yang di luar kendali kita.
Hal-hal yang tidak di bawah kendali kita: kekayaan, reputasi, kesehatan, dan opini orang lain. Hal-hal yang di bawah kendali kita: pikiran, opini, persepsi, dan tindakan kita sendiri.
(Quotes Filosofi Teras, Halaman 84)
"Jika kamu terus-menerus mengikuti pendapat orang lain, kamu tidak akan pernah kaya."
(Seneca, Filosofi Teras halaman 89)
Waspada pengaruh opini orang lain terhadap hidup yang kita jalani. Segala hal di luar kendali kita adalah indifferent, tidak berpengaruh terhadap baik tidaknya hidup kita. Sebagian dari indifferent ini lebih diinginkan (preferred), sebagian lain tidak diinginkan (unpreferred).
Intinya adalah kita perlu untuk tidak memasukkan semua hal yang ada di luar diri kita sebagai bagian diri kita, karena apapun persepsi, ucapan, pendapat orang lain tentang kita adalah invalid sampai kita menganggapnya benar-benar ada dan valid.
Kita perlu memberi batasan atau set boundaries pada hidup kita dengan orang lain, sehingga hal itu bisa menjaga kita dari kekecewaan maupun kekacauan yang terjadi di luar kendali kita.
Filosofi Teras: Filsafat Yunani Romawi Kuno dalam Menghadapi Kesusahan dan Musibah
Dalam Filosofi Teras, 'musibah' dan 'kesusahan adalah opini/value judgement yang ditambahkan oleh kita sendiri. Walaupun musibah, bencana, dan kesusahan yang menimpa sering kali berada di luar kendali kita, respon kita atasnya sepenuhnya ada di tangan kita sendiri.
Filsuf Stoa melihat semua kesusahan sebagai kesempatan melatih virtue/arete/kebajikan kita. Saat kita tertimpa kesusahan, kita bisa memikirkan virtue yang bisa dilatih oleh keadaan ini.
"[Kamu dapat] ketimun pahit? Ya buang saja. Ada semak berduri di jalan setapak yang kamu lalui? Ya berputar saja. Itu saja yang kamu perlu tahu. Jangan menuntut penjelasan, 'Kenapa ada hal [tidak menyenangkan] ini?' Mereka yang mengerti sesungguhnya hidup seperti apa akan menertawakanmu."
- Marcus Aurelius (Filosofi Teras halaman 136)
Saat tertimpa musibah dan kesusahan, waspadai pola pikir 3P yang merusak (Personal, Pervasive, Permanence).
Kita bisa mengalahkan cobaan dan penderitaan dengan bertahan menanggungnya (endure), bagaikan atlet di pertandingan yang dengan keras kepala membuat lelah lawannya.
Latihan menderita (poverty practice) selain membantu kita menghadapi kesusahan yang sebenarnya, juga bisa membuat kita kembali mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Halangan bisa menjadi jalan, dan ini tergantung kepada pikiran kita.
Baca juga : Resensi Buku : Flow di Era Socmed – Efek Dahsyat Mengikat Makna by Hernowo Hasim
❤❤❤
Quotes/Kutipan Favorit Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring:
"Musibah terasa lebih berat jika datang tanpa disangka, dan selalu terasa lebih menyakitkan. Karenanya, tidak ada sesuatu pun yang boleh terjadi tanpa kita sangka-sangka. Pikiran kita harus selalu memikirkan semua kemungkinan, dan tidak hanya situasi normal. Karena adakah sesuatu pun di dunia yang tidak bisa dijungkirbalikkan oleh nasib?"
- Seneca (Moral Letters)
Tidak ada yang perlu disesali. Semua terjadi mengikuti keteraturan dan hukum Alam (Nature). Bisakah kita tidak hanya menerima masa lalu, tapi bahkan mencintainya?
- Filosofi Teras, halaman 140
"Jika kamu ingin seseorang tak goyah saat krisis menghantam, maka latihlah ia sebelum krisis itu datang."
- Seneca (Letters)
"Pilihlah teman yang paling tidak bercacat moral; seperti kita tidak ingin bercampur dengan orang sakit agar tidak terlular... Khususnya, hindari mereka yang selalu murung, meratap, dan mengeluh... teman yang selalu merasa kesal dan menggerutu adalah musuh bagi kedamaian jiwa kita."
- Seneca, Filosofi Teras halaman 188-189
Pikiran kita harus beristirahat; karena sesudahnya pikiran akan menjadi lebih baik dan lebih tajam.- Filosofi Teras, Halaman 287
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^