Suka Duka Ikut Pesan Buku di Jastiper
Ngobrolin soal jastipan alias jastiper, aku jadi inget kejadian yang udah agak lama.
Pas ada bazar semesta buku dan aku ikut pesan di salah satu jastip.
Aku pesan 4 buku, tapi ada 2 buku yang mau aku cancel karena alasan tertentu.
Aku pikir karena aku belum bayar, nggak akan dibelikan. Karena namanya jastipan harusnya ada uang = ada barang.
Nggak ada uang ya nggak ada barang. Di mana-mana jual beli model begitu kan ya?
Tapi ini aneh banget. Nggak ada uang, tapi barang tetap dibelikan.
Bingung dong?
Kok bisa ada jastipan model begini?
Ternyata kejadian kayak gini nggak hanya ada di jastipan ini, tapi di jastipan yang lain juga.
Model jastipnya pun sama. Kalau udah bilang mau atau pesan (bahkan hanya menyertakan judul wishlist, sementara dia belum live shopping, dianggap jadi beli). Kalo barangnya ada, artinya fix beli. Meskipun si pemesan belum bisa beneran jadi pesan atau nggak.
Intinya, model jastipan kayak gini tuh rancu banget kan?
Kok bisa ada penjual yang jualan dengan cara seperti itu?
Kalau di jastipan langgananku di Teh Wulan, aku masih bisa cancel kalau nggak jadi. Makanya aku suka pesan di tokonya karena sistem jastipannya enak dan nggak ribet kayak yang lain.
Penandanya ya ituu... si pemesan transfer atau nggak di batas waktu yang ditentukan. Jadi nggak saling nunggu juga.
Misal :
Jastiper adain live shopping jam 13.00-15.00
Pemesan bilang fix = oke jadi beli
Jam 15.00 : semua pesanan direkap oleh penjual dan total harga + dikirim ke mana transfernya.
Ini semua ditulis di grup untuk menghindari salah pesan dan salah transfer.
Jam 15.00-16.00 = nunggu transfer sampai jam 16.00.
Kalau di atas jam 16.00 itu dianggap nggak jadi pesan. Pesanan batal. No ribet-ribet club dan no drama.
Kalau ditunggu sampai jam 16.00 nggak ada transfer yang masuk artinya nggak jadi pesan. Buku bisa dikembalikan. Dan nggak akan ditalangi sama sekali.
Menurutku cara seperti ini sangat fair. Pembeli dan penjual sama-sama nggak saling merugikan satu sama lain.
Nggak ada kan model jualan ditalangi dulu. Gimana ceritanya coba?
Namanya proses jual beli yaaa. Bisa nawar dan langsung oke. Tapi... bisa aja udah nanya-nanya banyak hal. Eh... nggak jadi.
Tapi di jastipan yang aku pernah cobain, ada yang nggak enak banget.
Masa nih... Nggak ada rekapan judul buku, nggak ada totalan pembelian.
Trus tahu-tahu si penjual nalangi pembelian, padahal si pembeli mikirnya ini udah nunggu lama kok nggak ada rekapan sama sekali. Berarti nggak jadi kan?
Trus tahu-tahu muncul tagihan besoknya. Yaa... kalo si pembeli nggak berubah pikiran sih it's okey. Kalau ternyata dia juga sempet nanya ke penjual lain (jastiper lain) gimana?
Menurutku inilah yang bikin model jualan jastipan jadi sangat rancu dan bisa menimbulkan masalah.
Makanya di Islam juga disarankan untuk menjual barang yang benar-benar sudah kita pegang barangnya (bukan barang ghaib, yang wujudnya aja belum dipegang) yaaa... demi menjaga adab jual beli juga.
Trus apa aja yang harusnya dilakukan jastiper biar jualannya lancar dan tanpa drama?
1. Menentukan jam live shopping
2. Menentukan kapan pembeli bisa fix barang
3. Membuat rekapan pesanan. Mulai dari nama event, tanggal, jam live shopping, siapa nama pemesan, list pesanan, total pesanan, no rekening tagihan, penanda sudah bayar, dan update rekapan secara berkala (dengan time stamp)
4. Kalau nggak ada transfer = cancel beli = nggak ditalangi
5. Ada batas waktu pembayaran untuk mengurangi drama dan ribet soal jadi atau nggaknya si pemesan beli barang tersebut. Kalau sampai batas waktu nggak bayar = nggak jadi beli.
6. Penentuan pengiriman barang (pakai manual atau marketplace, silahkan sepakati bersama dan cari win win solution)
7. Penentuan sistem bayar barang (full bayar di depan, dan check out via shopee)
8. Penentuan refund jika ada kelebihan dana (karena checkout via shopee)
9. Penentuan apakah ada biaya packing dan admin?
Sejauh ini kalau penjualnya telaten, rekapan bakalan sesuai kesepakatan dan memudahkan transaksi. Tapi kalau orangnya ribet, bisa aja malah nggak jadi beli sama sekali. Kayak kasusku kemarin.
Well... namanya jastipan harusnya memudahkan bukannya malah bikin ribet dan drama.
Makanya selama ini aku lebih suka beli di marketplace langsung karena nggak mau ribet dengan segala drama perjastipan ini.
Apakah kapok beli di jastipan? Nggak kok. Nyatanya ada juga jastiper yang sistemnya oke dan terstruktur. Aku juga nggak ribet kalau mau bayar, beneran dimudahkan buat tahu bayar kemana, totalnya berapa. Bukannya malah pembelinya disuruh rekapan sendiri. Apa tugas si penjual dong? ðŸ˜
Ya segitu aja wis cerita suka duka beli buku di jastipan. Moga aja selalu dapet jastiper yang memudahkan transaksi dan no drama club.
See youu~
Belum pernah beli buku lewat jastip dan belum kepikiran juga. Tapi dr cerita Mbak bisa jadi info menarik dari dunia per-jastip-an :)
BalasHapus