Judul Buku : Catatan Hati Pengantin
Penulis : Asma Nadia, dkk.
Penerbit : AsmaNadia Publishing House
Tebal : 350 halm.
Terbit : Maret 2014
ISBN : 9786029055221
Mbak, ternyata menikah
itu susah, ya.
Baru tiga bulan, tapi
rasanya tak ingin melanjutkan.(Lia, 24 tahun)
Dulu, sih, yang
penting nikah aja. Masalah di mana tinggal, nggak soal. Tapi setelah tiga bulan
tigggal di pondok mertua indah, duh, tersiksa banget. Semua salah di mata
mertua. (Ririn, 21 tahun)
Tak ada sekolah yang bisa
menyiapkan seseorang memasuki gerbang pernikahan. Meski inginnya hari-hari
setelah menikah penuh pelangi. Kenyataannya, berbagai persoalan mengintip, siap
mengobrak-abrik istana kebahagiaan.
Catatan Hati Pengantin hadir
untuk memberi warna baru bagi pembaca untuk mempersiapkan pasangan yang baru
akan atau sudah menikah dalam menghadapi badai rumah tangga yang mungkin akan
terjadi. Beberapa kontributor mengisi bahasan sharing 10 pernik kehidupan rumah
tangga di buku ini antara lain tentang : kesehatan, perekonomian, kerinduan,
pekerjaan rumah tangga, tempat tinggal, orang ketiga, perbedaan, keributan dan
komunikasi, hari-hari merenda mimpi, mertua dan kerabat, dan kehilangan.
Setiap bab di buku ini berisi :
puisi, kuesioner, sharing, dan catatan Asma Nadia. Untuk setiap kuesioner “aku
dan pasanganku” sejatinya ditujukan untuk diri sendiri. Pembaca harus menjawab
kuesioner ini secara tuntas agar mendapat hasil maksimal. Tujuannya agar
tercipta komunikasi yang jauh lebih terbuka dengan pasangan. Juga bagi yang belum
menikah, agar bisa mendeteksi seberapa kita dan calon pasangan punya banyak persamaan
atau perbedaan. Pembaca dapat menyadari adanya perbedaan sejak dini dan
membantu kebersamaan.
Seperti dalam bab
kesehatan,Yudith Fabiola mengisahkan ia terpaksa harus beristirahat saat malam
pertama karena sakit asmanya kambuh. Ada pula Nenden yang harus bersahabat
dengan Lupus. Pasangan sakit atau tiba-tiba terserang penyakit merupakan satu
realita yang sangat mungkin terjadi, juga pada diri kita sendiri. Jika sudah
mengetahui penyakit yang diderita, kejujuran sebelum masuk ke gerbang pernikahan
menjadi sangat penting. Maka, menurut Asma Nadia, penting bagi kedua calon
pasangan untuk mempersiapkan perihal : asuransi kesehatan, medical check up
rutin, diet teratur, olahraga teratur dan pasive income.(hlm. 43)
Namun, bila hal itu kurang
dipersiapkan, bisa mengikuti apa yang dilakukan Anasanti dalam kisahnya berjudul
“Jalan Indah nan Terjal”.
"Jika sedang membantu sahabat atau teman yang sakit, kami selalu
niatkan sedekah sebagai 'premi asuransi kesehatan' kami karena penjagaan Allah
itu lebih berharga daripada sekadar ikut asuransi jiwa di sebuah lembaga.
Selain itu, Allah selama ini sudah memperlihatkan sebuah pelajaran bagi kami
bahwa jika kita tidak pelit bersedekah atau membantu sesama, Allah akan
lebihkan rezeki dari apa yang kita minta."(hlm. 56)
Ada pula bab tentang tempat
tinggal. Memilih tempat tinggal baik sementara maupun permanen
merupakan potensi masalah jika salah memutuskan. Kita harus mengecek perihal : harga, kualitas developer, lokasi bebas banjir, kualitas air tanah, lokasi
rumah, dll. (hlm 144)
Ada pula masalah yang berawal
dari orang ketiga. Menjaga sikap, kedekatan, dan komunikasi harmonis antara
suami dan istri perlu dilakukan. Keduanya juga perlu menjaga penampilan dan kadar keimanan agar
tetap stabil. Ada pula masalah yang ditimbulkan dari kecemburuan antara ibu
dengan istri. Seperti yang dialami Nurhayati Pujiastuti. Solusinya adalah
biasakan untuk selalu minta maaf lebih dulu atau berusaha untuk mencairkan suasana.(hlm.
202)
“Banyak keributan antara suami-istri justru dipicu kesalahpahaman atau
hal-hal sepele yang tidak penting. Jangan biarkan pihak luar menjadi sumber keributan.”(hlm.
202)
"Jadi, bukan masalah mendapat suami yang belum mapan, asalkan ia
mempunyai mental menjadi orang sukses. Karena pada akhirnya mental yang akan
membuat kita mampu mengatasi berbagai krisis."(hlm. 234)
Inilah list yang perlu dilakukan
oleh pembaca untuk mendeteksi potensi masalah dari 10 bab yang dibahas tersebut
adalah :
- Membuat kategori kekurangan kebiasaan pasangan
- Memilah mana yang bisa dimaklumi, mana yang memang tidak sehat atau tidak baik, bagi dia dan keluarga
- Membuat prioritas dari list tadi. Mana yang lebih urgent untuk didahulukan.
- Komunikasikan secara bertahap secara bersama-sama.
- Berdamai dengan hati untuk hal-hal kecil
- Jika ujian menerpa, definisikan masalah, bicarakan alternatif jalan keluar, dan saling menguatkan.
Beragam masalah yang ditimbulkan
oleh kesalahan pahaman maupun potensi masalah yang merebak, tentunya mengambil
porsi besar yang menyita perhatian untuk segera diselesaikan. Tak ada
pernikahan tanpa masalah, yang ada hanyalah dua orang yang saling berusaha
menyamakan langkah agar tetap bersama meski badai tengah menerpa.
Saya ikut mengaminkan doa yang Asma Nadia tuliskan di cover,
Saya ikut mengaminkan doa yang Asma Nadia tuliskan di cover,
Allah, mohon jadikan pendamping di dunia menjadi kekasih kami di surga
nanti.
Saya pengen beli buku ini dalam satu paket pernikahan Mbak. Tapi berhubung sebelum nikah sok sibuk sampai kelupaan. Makasih Mbak sudah meresensinya.
BalasHapusTapi iya lho Mbak, setelah nikah itu ceritanya jadi asik-asik gimana gitu, kadang jengkel, kadang sedih, sedetik kemudian tertawa ngakak.
Ayo beli, mba. Bagus lho. Buatku kuesionernya membuka pikiran para lajang. Biasanya kalo baru tahu yang kurang2 dari pasangan itu setelah nikah jadi kaget. Mba Asma ngigetin untuk mulai membuka diri dengan kekurangan itu, mba.
HapusAamiin...
BalasHapus*turut mengaminkan doanya* :)
Saling doa ya, Cha. *hugs*
Hapus