Judul : Detektif Tanpa Kasus
Pengarang : Alya Namira Nasution
Penerbit : Bentang Belia
Terbit : Mei 2012
Tebal : 150 hlm.
ISBN : 978-602-9397-38-3
Merasa senasib, Tiar, Ali, dan Andi membentuk kelompok
detektif bernama TAA Pemberani. Mereka pun mulai menyelidiki berbagai kejadian
di sekolah yang menurut mereka janggal. Beberapa kasus ditangani antara lain
kasus kantin Pak Jiman, kasus tas Sari, hingga order aneh yang sengaja dibuat
teman-teman untuk mengerjai mereka. Namun, bukannya memecahkan masalah,
tindakan mereka justru mempermalukan diri sendiri. Mira, ketua kelas yang
dikenal jutek pun jadi sering memarahi ketiganya.
Tiar, sang ketua TAA pemberani merasa Ali sering mengacaukan
rencana yang akan dibuat oleh kelompok detektif mereka. Ali secara
terang-terangan mengatakan mereka adalah detektif. Padahal cara kerja detektif
itu secara rahasia, tidak boleh ada yang tahu aktivitasnya. Tapi Ali malah
mengusulkan membuat spanduk dan undang-undang dasar kelompok untuk mengumumkan
tentang TAA Pemberani. Sungguh, ide yang yang konyol.
Kasus Pak Jiman yang paling menarik perhatian TAA. Awalnya
karena Pak Jiman, penjual di kantin sekolah sekarang menghilang entah ke mana.
Ia digantikan oleh Pak Kardi, lelaki pendiam yang menjual mie jauh lebih mahal
dari makanan yang biasa dijual pak Jiman. Rumor yang beredar bahwa Pak Kardi
saudara kepala sekolah. Ia menggantikan Pak Jiman yang katanya menjual makanan
tak sehat. Siapa sebenarnya pak Kardi? Benarkah rumor itu?
Ada lagi kasus tas Sari. Sari yang mengalami kesialan karena
ada yang memasukkan telur ke dalam tas Sari. Sehingga tas dan buku-buku Sari
rusak akibat perbuatannya. Telur itu memang milik Yayang, tapi siapa yang
memasukkan ke dalam tas Sari? Lalu, bagaimana nasib tas Sari yang kotor itu?
Ada satu kasus yang membuat TAA Pemberani jadi kapok membuat
kasus aneh-aneh. Awalnya Tiar mengalami insiden di persami, hingga ia harus mau
mendapat hukuman dari bu Yulia untuk memecahkan kasus yang ditawarkan. Tapi,
siapa sangka, kasus yang dikerjakan Tiar ini justru mengubahnya menjadi anak
yang cinta matematika dan menjadi idola sekolah. Apa kasus yang dikerjakan oleh
Tiar?
***
Novel anak yang ditulis Alya ini merupakan novelnya yang
ke-8. Alya pernah meraih juara 1 dalam lomba cerpen yang diadakan Konferensi Penulis Cilik
Indonesia (KPCI) tahun 2011. Di buku ini dia mengisahkan tentang
anak-anak detektif. Tak hanya kocak dan menggemaskan, kisah Detektif Tanpa Kasus juga akan membuat pembaca terharu
dan menemukan banyak nilai positif. Seperti kasus saat makan buah nangka yang
ternyata buah milik orang lain. Alya menyisipkan pesan kebaikan dalam dialog
antara anggota TAA Pemberani.
“Tapi, aku enggak mau,
lho, kalau kelompok kita ini memakai barang-barang curian. Cukuplah nangka
curian itu yang menjadi pelajaran buat kita. Kalau makan nangka tanpa izin saja
bisa membuat kita sakit perut, aku
enggak bisa membayangkan kalau kita memakai teropong curian. Bisa-bisa mata
kita bintitan… Ihh, aku enggak mau, ah!”(hlm. 27)
Ada pula saat di mana anak-anak detektif itu mengakui
kesalahan yang diperbuatnya :
“Menurut saya, hukuman
yang paling pantas untuk diberikan kepada saya adalah meminta maaf kepada
teman-teman yang sudah saya sakiti dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan
saya tersebut.”(hlm. 73)
Yang paling menarik bagi saya saat Bu Julia memberikan
hukuman yang kreatif. Selain mengasah rasa ingin tahu, juga bermanfaat untuk
membuat anak-anak seperti Tiar dan teman-temannya agar mau mempelajari matematika tanpa
merasa pening kepala. Tanpa menggurui, Alya mengajak
anak-anak untuk menikmati belajar selezat makan coklat. Overall, 5 bintang dari saya untuk novel secerdas ini. ;)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^