Judul Buku : Bidadari di Bawah Hujan
Pengarang : Valleria Verawati
Penerbit : Gramedia
Tebal : 280 halaman
Terbit : Agustus 2013
ISBN : 978-979-22-9730-0
Genre : Teenlit
Seina yang
memiliki masa lalu dengan si Cebol, teman kecilnya, sangat merasa kehilangan. Cebol
meninggal saat berangkat sekolah menggunakan sepeda. Bagi Seina, si Cebol bukan
hanya pelindung, tapi ia juga cinta pertamanya. Saat orang lain mengejek Seina
karena gemuk dan hobi makan, si Cebol membela Seina di depan teman saat makan
di kantin. Si Cebol mengatakan jika Seina kelak tidak ada yang suka dengannya
karena gemuk, si Cebol akan menikah dengannya jika sudah dewasa. Ucapan si
Cebol begitu membekas bagi Seina, apalagi si Cebol juga membantunya melupakan
kesedihan akibat kematian papa.
Sejak si
Cebol alias Richi meninggal, Seina selalu mencari sosok si cebol dalam diri
cowok-cowok yang mendekatinya. Semua pacarnya selalu memiliki satu ciri yang
mirip dengan Cebol. Misal, suka membawa balon, suka sepeda, pendek, bahkan mata
yang tatapannya mirip elang. Seina sadar bahwa ia tidak boleh begini terus,
karena teman-temannya menganggap ia jadi seperti seorang cewek gampangan.
Apalagi seorang cowok yang ia taksir karena berani melawan orang, alias hobi
berantem, seperti Donny ternyata membuat Seina dalam masalah. Sebenarnya Seina
hanya naksir, tanpa sempat pacaran dengan cowok itu.
Tapi
kejadian pertemuan dengan Donny membuat Seina harus dekat dengan Alfa, cowok
yang ia kira adalah pacar mbak Tessa, kakak Amel. Amel teman satu geng Seina.
Seina tidak mau dibilang cekat dengan cowok orang, apalagi bila itu berhubungan
dengan kakak Amel. Ini menyangkut rasa setia kawannya dengan gengnya. Tak
mungkin Seina dekat dengan Alfa, meski Alfa begitu mirip dengan Richi, alias si
Cebol.
Sebuah
keributan yang dibuat Seina di tempat makan juga membuat ia jadi berseteru
dengan seseorang. Seseorang yang ternyata menempati rumah si Cebol. Seina tidak
terima mamanya menawarkan rumah si Cebol pada mama cebol untuk dijual pada
klien mama. Tapi kata mama, ini demi kebaikan Seina, agar anaknya bisa
melupakan si cebol, cinta pertamanya. Daripada Seina terus-terusan sedih.
Tapi siapa
sangka ternyata kedekatan Seina dengan cowok yang mengajaknya ribut di restoran
itu membuat ia makin intens berkomunikasi. Cowok itu bernama Milo, memiliki
masa lalu buruk. Milo kehilangan ibunya bersama dengan calon adiknya yang ada
di dalam rahim sang ibu. Keduanya meninggal terjatuh dari tangga saat Milo
melihat pertengkaran ibunya dengan ayahnya. Milo yang mengalami trauma sering
merasakan fobia terhadap piano. Piano mengingatkannya pada ibunya, karena itu
hal terakhir yang ia lakukan bersama dengan sang ibu. Milo sering membantu
Seina melewati hari-hari berat ketika ada preman yang ternyata teman-teman
Donny mengeroyok Seina. Tapi dapatkah Seina memilih pada siapa cintanya
berlabuh? Milo atau Alfa? Atau Seina harus egois karena menginginkan keduanya?
***
Ini ketiga
kalinya saya membaca karya Valleria Verawati. Sebelumnya saya membaca Rahasia
dan Kumcer Bukan Cupid. Keduanya memberi saya kesan bahwa karya Valleria bukan
hanya sekadar kisah cinta. Karena itu saya membaca novel ini. Novel yang
berkisah tentang kisah cinta segitiga antara Alfa, Milo dan Seina. Tapi di
novel ini juga dibahas tentang sisi psikologi manusia. Seperti yang terjadi
pada dua tokohnya yaitu Milo dan Seina. Seina yang kehilangan ayah dan Richi
harus belajar merelakan keduanya. Milo juga harus belajar untuk melepaskan diri
dari fobianya.
Seina
menganggap si Cebol adalah malaikatnya, pelindungnya. Seina seperti bidadari di
bawah hujan, karena ia bertemu Cebol saat hujan. Cebol yang rumahnya dekat
dengannya sering mengajaknya bermain hujan, main di taman, maupun belajar naik
sepeda. Siapa sangka ternyata Seina bisa berubah menjadi gadis cantik yang
ditaksir banyak cowok, beda dengan bayangannya dulu saat bersama si Cebol saat
SMP, Seina dulu gemuk. Penulis pun menyisipkan bagaimana cara Seina untuk
berdiet hingga bisa menjadi seperti sekarang.
Di novel
ini, penulis mengecoh pendapat pembaca tentang Seina, aihh.... saya gregetan
waktu tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mbak Tessa dengan Alfa.
Penulisnya rapi menyimpan rahasia si tokoh. Cluenya hanya disebar sedikit
sedikit, sampai setelah itu saya baru sadar bahwa saya ikut-ikutan berprasangka
pada Seina. Huwaaa, padahal ketegangan yang terjadi sudah sampai di ambang
batas, karena sampai melibatkan keributan beberapa orang.
Sisi
psikologi dikupas sedikit demi sedikit di novel ini. Seperti bagaimana agar
trauma seseorang bisa hilang, ia mesti menjalani sekian banyak terapi. Saya
nangis pas bagian Seina keingetan masa lalunya. Seperti saat ia ingat ayahnya,
juga saat ia ingat dengan si Cebol. Penulis pintar membuat suasana dramatisnya
terasa.
Meski
akhirnya saya agak kecewa pas cerita hampir berakhir. Yah, baru tahu kalau
novel ini bakal ada lanjutannya. Yah, ternyata lanjutannya pun belum terbit. :D
Kira-kira harus nunggu berapa bulan lagi ya? Karena sampai sekarang belum ada
kabar kapan penulisnya akan menerbitkan sekuelnya. Saya berharap tidak terlalu
lama, karena kalau kelamaan biasanya udah lupa sama kisahnya, jadi kalo mau
melanjutkan cerita harus re-read. Heuheu.
Overall, 4 bintang untuk kisah ini.
Tokoh cwoknya byk amat, gak bikin mumet cuma sliweran
BalasHapus