25 Januari 2015

[Resensi Buku] Langit untuk Luna - Irena Tjiunata

Judul : Langit untuk Luna
Pengarang : Irena Tjiunata
Penerbit : Gramedia
Tebal : 344 halaman
Terbit : Desember 2013
ISBN : 978-602-03-0097-9


Luna Aurora Gading sepertinya sudah punya segalanya. Otak yang cerdas sehingga bisa masuk kelas akselerasi SMA Bhina Ilmu, keluarga dengan ekonomi berkecukupan, teman-teman yang ceria dan setia, plus pacar superkeren, Surya Dhanasaputra. Bagi Luna, Surya ibarat matahari yang menemani bulan. Setara dan serasi. Sama-sama dari keluarga terpandang dan cerdas membuat Luna merasa Surya adalah pasangan ideal untuknya.

Bersama gengnya, Luna menjalani hari-hari di kelas akselerasi. PR, paper, esai, bahkan penelitian yang harus ia buat menjelang lomba membuat ia tidak sempat untuk bergosip dengan Fay, anak kelas reguler, teman Luna saat SMP. Padahal ada seorang anak baru yang ternyata artis, bernama Angkasa Raya. Cowok yang ramah ini tak sengaja menolong Luna saat terkena lemparan bola basket.

Fay minta tolong pada Luna untuk menghubungi Darrell agar artis itu bisa jadi MC di pensi mereka. Luna yang pusing, baru mendapatkan ide. Ia bisa mendekati Darrell yang satu tempat kerja dengan Angkasa. Tapi Luna sadar, kedekatannya dengan Angkasa bisa menimbulkan kecemburuan di hati Surya.

Di gengnya, Jane yang pintar mempelajari lima bahasa merasakan tekanan akibat sistem akselarasi. Jane tidak bisa berlari mengikuti ritme belajar anak aksel. Akibatnya, ia terancam didegradasi ke kelas reguler. Bagi Jane, ini bencana. Tapi, menurut Tante Fifi, psikolog yang bertemu dengan Jane, ia harus melepas kelas akselnya. Karena Jane lebih cocok mengembangkan kecerdasan bahasanya dibanding eksakta.

Luna merasa hidupnya sangat sempurna. Sampai kemudian perusahaan keluarganya menghadapi masalah serius. Lalu Surya berubah jadi cowok yang tidak dia kenal lagi. Sementara Angkasa, cowok lain yang semula tidak dia kenal, berubah menjadi sosok yang sangat memahami dirinya. Luna mulai jatuh cinta dengan Angkasa.

Luna merana atas perlakuan Surya padanya. Abbusive relationship yang dilakukan Surya sudah di luar batas. Surya meminta Luna agar nilainya tidak lebih tinggi darinya. Surya juga minta Luna tidak dekat dengan cowok mana pun. Bahkan, Luna harus mau menurut diajak pergi ke Lembang bersama keluarga Surya. Sayangnya, di Lembang ia baru sadar, Surya sudah keterlaluan.

Luna rindu kebahagiaan atas kehendaknya sendiri. Selama sekolah, orangtuanya yang menentukan akan ke mana ia kuliah nanti. Luna juga harus dekat dengan Surya karena ayahnya mendapatkan pinjaman dari ayah Surya. Beragam masalah muncul termasuk kerumitan masalahnya saat perlombaan peneliti muda. Surya menunjukkan dominasinya lagi.

Memiliki segalanya ternyata bukanlah sebuah kebahagiaan, bila akhirnya ternyata kebahagiaan harus didapat dengan jalan lain. Kebebasan yang Luna inginkan, adalah sebuah kebahagiaan yang belum bisa ia dapatkan. Dapatkah Luna memilih pada siapa cintanya berlabuh? Bagaimana Luna menyelesaikan masalah hutang keluarganya? Bagaimana nasib anak-anak geng Luna, Surya dan Angkasa? Baca saja buku ini. ;)

***

Irena mengangkat dua isu yang dihadapi anak-anak aksel ; Abbusive relationship dan multiple intellegence. Keduanya membuat teenlit ini memiliki nilai unggul dibanding teenlit sejenis. Bila biasanya pembaca disuguhkan dengan cinta dan cinta, kali ini cinta disandingkan dengan cita-cita.

Lewat tokoh-tokohnya, Irena ingin memberikan gambaran bahwa kecerdasan di dunia ini tidak hanya dalam satu bidang, yaitu eksakta, tapi ada banyak jenis kecerdasan. Termasuk tokoh Angkasa yang cerdas dalam bidang seni dan musik, Jane yang cerdas berbahasa, bahkan Surya yang sebenarnya cerdas dalam memimpin. Yang sayangnya tidak tersalurkan dengan baik sehingga dominasinya malah membuatnya jadi tak terkontrol dan melakukan abbusive relationship. Di sini juga, Irena ingin memberikan keyakinan pada para korban abbusive relationship seperti Luna untuk bisa bebas dari rasa takutnya. Bahwa ada cinta yang lain yang akan datang, cinta yang lebih tulus.

Secara cerita kisah ini memang dijabarkan dengan detail. Hampir saya tidak bisa menemukan kebolongan logika, karena Irena mendetailkan semuanya dengan apik. Semua tokohnya juga tidak hanya numpang lewat, tapi berperan dalam  pembentukan konflik. Semua masalahnya juga selesai, tidak ada yang dibiarkan menggantung. Saya juga suka Irena mengangkat isu lomba peneliti muda ini dengan menggambarkan jalannya penelitian, tidak hanya asal jadi hasilnya saja. Membuat pembaca bisa belajar menjadi Luna, bila ingin menjadi peneliti.

Saya rasa bila novel ini difilmkan, akan jadi lebih menarik. Nah, yang malah bikin aneh adalah bagian belakang, Irena memberikan bonus cerpen. Yang membuat saya bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa bonus cerpen ini? Karena baru kali ini saya baca ada novel berbonus cerpen. xD Padahal teenlitnya sendiri sudah tebal, 300 an halaman. Dibandingkan dengan teenlit biasa yang hanya 200 an halaman, jelas terlihat penulisnya mendetailkan setiap sisi yang bisa digali dengan lebih dalam.

Ada quote yang saya suka :

“Kunci keberhasilan ada di perencanaan yang akurat.”(hlm. 27)

Overall, 4 bintang untuk teenlit ini.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Big Ad