Judul : Langit untuk Luna
Pengarang : Irena Tjiunata
Penerbit : Gramedia
Tebal : 344 halaman
Terbit : Desember 2013
ISBN : 978-602-03-0097-9
Luna Aurora Gading sepertinya
sudah punya segalanya. Otak yang cerdas sehingga bisa masuk kelas akselerasi
SMA Bhina Ilmu, keluarga dengan ekonomi berkecukupan, teman-teman yang ceria
dan setia, plus pacar superkeren, Surya Dhanasaputra. Bagi Luna, Surya ibarat
matahari yang menemani bulan. Setara dan serasi. Sama-sama dari keluarga
terpandang dan cerdas membuat Luna merasa Surya adalah pasangan ideal untuknya.
Bersama gengnya, Luna
menjalani hari-hari di kelas akselerasi. PR, paper, esai, bahkan penelitian
yang harus ia buat menjelang lomba membuat ia tidak sempat untuk bergosip
dengan Fay, anak kelas reguler, teman Luna saat SMP. Padahal ada seorang anak
baru yang ternyata artis, bernama Angkasa Raya. Cowok yang ramah ini tak
sengaja menolong Luna saat terkena lemparan bola basket.
Fay minta tolong pada
Luna untuk menghubungi Darrell agar artis itu bisa jadi MC di pensi mereka.
Luna yang pusing, baru mendapatkan ide. Ia bisa mendekati Darrell yang satu
tempat kerja dengan Angkasa. Tapi Luna sadar, kedekatannya dengan Angkasa bisa
menimbulkan kecemburuan di hati Surya.
Di gengnya, Jane yang
pintar mempelajari lima bahasa merasakan tekanan akibat sistem akselarasi. Jane tidak bisa
berlari mengikuti ritme belajar anak aksel. Akibatnya, ia terancam didegradasi
ke kelas reguler. Bagi Jane, ini bencana. Tapi, menurut Tante Fifi, psikolog
yang bertemu dengan Jane, ia harus melepas kelas akselnya. Karena Jane lebih
cocok mengembangkan kecerdasan bahasanya dibanding eksakta.
Luna merasa hidupnya
sangat sempurna. Sampai kemudian perusahaan keluarganya menghadapi masalah
serius. Lalu Surya berubah jadi cowok yang tidak dia kenal lagi. Sementara
Angkasa, cowok lain yang semula tidak dia kenal, berubah menjadi sosok yang
sangat memahami dirinya. Luna mulai jatuh cinta dengan Angkasa.
Luna merana atas
perlakuan Surya padanya. Abbusive
relationship yang dilakukan Surya sudah di luar batas. Surya meminta Luna
agar nilainya tidak lebih tinggi darinya. Surya juga minta Luna tidak dekat
dengan cowok mana pun. Bahkan, Luna harus mau menurut diajak pergi ke Lembang
bersama keluarga Surya. Sayangnya, di Lembang ia baru sadar, Surya sudah
keterlaluan.
Luna rindu kebahagiaan
atas kehendaknya sendiri. Selama sekolah, orangtuanya yang menentukan akan ke
mana ia kuliah nanti. Luna juga harus dekat dengan Surya karena ayahnya
mendapatkan pinjaman dari ayah Surya. Beragam masalah muncul termasuk kerumitan
masalahnya saat perlombaan peneliti muda. Surya menunjukkan dominasinya lagi.
Memiliki segalanya
ternyata bukanlah sebuah kebahagiaan, bila akhirnya ternyata kebahagiaan harus
didapat dengan jalan lain. Kebebasan yang Luna inginkan, adalah sebuah
kebahagiaan yang belum bisa ia dapatkan. Dapatkah Luna memilih pada siapa
cintanya berlabuh? Bagaimana Luna menyelesaikan masalah hutang keluarganya?
Bagaimana nasib anak-anak geng Luna, Surya dan Angkasa? Baca saja buku ini. ;)
***
Irena mengangkat dua
isu yang dihadapi anak-anak aksel ; Abbusive
relationship dan multiple
intellegence. Keduanya membuat teenlit
ini memiliki nilai unggul dibanding teenlit
sejenis. Bila biasanya pembaca disuguhkan dengan cinta dan cinta, kali ini
cinta disandingkan dengan cita-cita.
Lewat tokoh-tokohnya,
Irena ingin memberikan gambaran bahwa kecerdasan di dunia ini tidak hanya dalam
satu bidang, yaitu eksakta, tapi ada banyak jenis kecerdasan. Termasuk tokoh
Angkasa yang cerdas dalam bidang seni dan musik, Jane yang cerdas berbahasa,
bahkan Surya yang sebenarnya cerdas dalam memimpin. Yang sayangnya tidak
tersalurkan dengan baik sehingga dominasinya malah membuatnya jadi tak
terkontrol dan melakukan abbusive relationship. Di sini juga, Irena ingin memberikan keyakinan pada para korban abbusive relationship seperti Luna untuk bisa bebas dari rasa takutnya. Bahwa ada cinta yang lain yang akan datang, cinta yang lebih tulus.
Secara cerita kisah ini memang dijabarkan dengan detail.
Hampir saya tidak bisa menemukan kebolongan logika, karena Irena mendetailkan
semuanya dengan apik. Semua tokohnya juga tidak hanya numpang lewat, tapi
berperan dalam pembentukan konflik.
Semua masalahnya juga selesai, tidak ada yang dibiarkan menggantung. Saya juga
suka Irena mengangkat isu lomba peneliti muda ini dengan menggambarkan jalannya
penelitian, tidak hanya asal jadi hasilnya saja. Membuat pembaca bisa belajar
menjadi Luna, bila ingin menjadi peneliti.
Saya rasa bila novel ini difilmkan, akan jadi lebih menarik. Nah,
yang malah bikin aneh adalah bagian belakang, Irena memberikan bonus cerpen.
Yang membuat saya bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa bonus cerpen ini? Karena
baru kali ini saya baca ada novel berbonus cerpen. xD Padahal teenlitnya
sendiri sudah tebal, 300 an halaman. Dibandingkan dengan teenlit biasa yang
hanya 200 an halaman, jelas terlihat penulisnya mendetailkan setiap sisi yang
bisa digali dengan lebih dalam.
Ada quote yang saya suka :
“Kunci keberhasilan ada di perencanaan yang akurat.”(hlm. 27)
Overall, 4 bintang untuk teenlit
ini.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^