Judul Buku : Soulmate.com
Pengarang : Jessica Huwae
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan ketujuh, Oktober 2013
Tebal : 240 halm.
ISBN : 978-979-22-9887-1
Genre : Metropop
Rating : 4/5
Nadya Samuella,
redaktur sebuah majalah ibukota, memiliki segalanya yang diinginkan setiap
wanita di usianya yang memasuki angka 25 tahun. Cantik, cerdas, fasionable,
memiliki pekerjaan mapan dan teman yang menyenangkan. Tipe wanita ibukota yang
terbungkus norma dan aturan manusia modern. Yang terselip di antara angkuhnya
gedung-gedung tinggi Jakarta, yang berenang di lautan gaya hidup kosmoolitan.
Hanya satu yang tak dimiliki Nadya : cinta. Cinta datang dan pergi dalam
hidupnya. Lelaki yang ia cintai tak pernah hadir selamanya.
Nadya
mempertanyakan tentang dharma dan karma yang ia yakini. Apa salahnya hingga ia
mengalami banyak masalah seputar jodoh. Mulai dari bertemu dengan pacar yang
selingkuh, pacar tukang pukul, hingga terjebak pada deretan panjang kencan satu
malam. Sampai suatu hari Oka datang. Berperan sebagai the hero, Oka mulai dekat
dengan Nadya lewat akun blog ber-id: Bling-bling. Nadya yang bermimpi menjadi
penulis novel, hobi curhat masalahnya di blog. Oka yang ternyata bermimpi
menjadi musisi, tinggal di Bali dan bekerja sebagai desainer grafis juga
melakukan hal yang sama. Ia menutup jati diri lewat akun blognya.
Obrolan
tentang patah hati menumbuhkan rasa ingin berbagi kisah. Cahaya hidup yang
diinginkan Nadya dan Oka mempertautkan keduanya pada cinta yang membuat
bimbang. Nadya tidak tahu bahwa Oka sudah menikah. Dalam sekejap hidup Nadya
diombang-ambingkan pada keputusan rumit. Mencintai Oka namun bersedia menjadi
selingkuhan, atau merdeka tanpa cinta dengan tetap berpegang pada mimpi-mimpi
Cinderellanya. Berharap akan datang lelaki yang mencintainya tulus tanpa
kerumitan hidup.
Cerita yang
bergulir lewat interaksi selama ini hanya berkutat seputar mimpi dan lingkungan
Nadya dan Oka, tapi tak pernah menyentuh kata “Kita”. Tak ada pembicaraan
kemana arah hubungan. Saat Nadya meminta kejelasan status, Oka justru
menghilang. Bowie, Cici dan Geyse, teman Nadya selalu memperingatkannya untuk
mengambil keputusan penting, sebelum semuanya terlambat.
***
Jessica
Huwae, penulis yang berbakat. Saya melihat sesuatu yang berbeda dari karyanya
dibanding penulis metropop lain. Jessica mengalirkan tulisan hingga pembaca
tidak akan mengerutkan kening, malah justru tertawa dan menangis bersama saat
kisahnya usai. Tema yang dibahas memang klise, tapi dekat dengan realitas para
lajang metropolitan. Hanya, pengemasannya menarik. Banyak adegan di mana
penulis memasukkan nilai yang ingin ia bagi, seperti alasan mengapa Nadya harus
tetap tegar saat jodohnya belum kunjung tiba. Lewat tokoh Geyse, saya tergelak
saat Nadya dibuat terbahak dengan obrolan curcolnya. Seperti ini :
“Lo cuma belum nemu the right person aja. Waktu lo dan waktu dia belum ketemu. Sabar aja. Mungkin sekarang pria itu lagi menyelamatkan spesies gajah yang hampir punah di Afrika. Atau lagi mengurung diri berbulan-bulan dalam laboratorium karena sedang meneliti vaksin yang bisa menolong nyawa orang banyak.”(hlm. 191)
Huahahahaa.
Lucu! Apalagi pas ngebayangin si Geyse memilih peran yang disempilin di adegan
penyelamatan spesies gajah. Sempet-sempetnya lohh! *pukpuk Nad*
Nah, ada
beberapa quote yang saya suka di novel ini :
“Cinta itu bisa diciptakan. Bisa tumbuh dari kebersamaan. Modalnya hanya penerimaan.”(hlm. 220)
“Kalau elo udah sembuh dan siap membuka lembaran baru, lo nggak akan menghabiskan weekend lo dengan sekotak tisu dan beberapa CD cengeng. Lo nggak akan bimbang saat pria-pria dari masa lalu lo datang kembali. Kenapa? Karena lo udah nggak ada rasa apa-apa buat mereka.”(hlm. 112)
“Ketika kamu jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan sahabatmu sendiri, lantas sesuatu terjadi dalam hubungan itu, maka yang kamu rasakan adalah dua kehilangan besar sekaligus. Kekasih hati dan sahabat yang selama ini kamu percaya.”(hlm. 158)
“Perselingkuhan itu ibarat naik jet coaster. Seru-menegangkan-bikin senang-bikin ketagihan-bikin lo ketawa kegirangan. Tapi lo tahu, sesenang-senangnya elo di atas sana, ada saatnya lo harus turun dan berhenti. Kalau nggak, elo bakal mual dan sakit. What’s the point of having fun if you’re not having fun by the way?”(hlm. 192)
Dan btw, saya
suka endingnya. Agak kaget karena ending yang diambil beda dari prediksi awal.
Trus, pas bagian di mana Nadya dapet saran buat ikutan terapi kalender, saya
baru ngerti tentang terapi ini. Makasih ya, mba Jessica. Saya catet deh. Biar
kalo pas lagi sedih ga kelamaan sedihnya. xD
“Setiap hari yang lo lalui dengan perasaan sedih, kehilangan, tanpa dia, beri tanda di kalender. Hitung hari-hari yang berhasil lo lalui tanpa dia. Gue rasa nggak lebih dari dua bulan elo akan berhenti mencoreti kalender lo. You’ll start to live and breath again, dear!”(hlm. 226)
Truus, bagian
tukeran kertas yang berisi resolusi itu jleb banget deh. Emang ya, di mana-mana
resolusi kebanyakan endingnya cuma jadi pajangan *eh*
Minusnya novel
ini, seperti novel metropop yang lain, novel ini banyak menjabarkan sisi buruk
para lajang di ibukota. Saya jadi ngerasa serem, apa bener ini seperti gambaran
sesungguhnya? Kalau iya, berapa banyak orang seperti Nadya, Geyse dan Oka yang
terjebak pada pilihan hidup yang rumit?
Agaknya
Jessica Huwae ingin memberikan gambaran sejelas-jelasnya. Dan tanpa menjudge
orang, ia memilih mengambil sudut pandang yang beda, bahwa selalu ada alasan
dibalik sebuah peristiwa alih-alih menjudge si tokoh itu bersifat hitam atau
putih. Hingga akhirnya pembaca jadi merasakan sisi “manusiawi” para tokohnya
dan membuatnya jadi si tokoh yang bersifat abu-abu. Ya, mungkin mirip hatinya
para jomblo. *lho*
Sama2 suka endingnya. Sangat memuaskan memang.
BalasHapusMampir ke sini juga ya Mba =)) http://ach-bookforum.blogspot.in/2016/08/book-review-soulmatecom-jessica-huwae.html