Judul : I Was a Rat! Or The Scarlet Slippers
Pengarang : Philip Pullman
Penerbit : Gramedia
Terbit : Cetakan pertama, 2007
Tebal : 256 halm.
ISBN : 978-979-22-3430-5
Genre : Novel anak/Inggris
Bob dan Joan
mendapati seorang anak kurus berpakaian pesuruh mengetuk pintu rumahnya. Anak
itu mengaku sebagai tikus. “Dulu, aku tikus!” Mungkin
omongannya benar. Tapi makhluk apa ia sekarang? Kedua pasangan tua itu mengira
anak malang itu kehilangan ingatan. Bob menamainya Roger. Tak ada yang tahu
dari mana asal usulnya. Hanya saja, Roger berlaku seperti tikus. Ia hobi
mengerat dan mencabik apa saja, termasuk selimut yang diberikan Joan. Pakaian
pesuruh yang dipakai pun lusuh dan tercabik.
“Tikus juga tidak bisa bicara.”
“Dia bisa saja belajar bicara dengan
mendengarkan dari balik dinding. Dan dia bisa saja mengambil seragam itu dari
jemuran.”
“Berani taruhan, begitulah kejadiannya. Dia
anak liar, dan dia dibesarkan tikus. Kau bisa membaca hal-hal seperti itu tiap
minggu di surat kabar.”
“Kau lelaki tua yang konyol.”(hlm. 20)
Bob merasa
perlu mengajari anak itu sopan santun. Memakan dengan sendok, garpu dan pisau,
membersihkan diri di WC, maupun mengucapkan terima kasih dan maaf pada orang
lain. Demi membuat Roger terlihat manusiawi dibanding tingkahnya yang mirip
tikus.
“Kau membuat Joan kesal, maka kau harus minta maaf. Rapatkan pakaian tidur itu ke tubuhmu, kau tidak boleh berkeliaran telanjang, itu tidak sopan.”(hlm. 24)
Bob tua
mengira akan bisa mengembalikan anak itu pada tempat asalnya. Ia dan sang istri
berkeliling membawa Roger ke balaikota, kantor polisi, rumah sakit, dan
sekolah. Namun semuanya gagal. Anak itu selalu membawa masalah. Ia tak berlaku
sebagaimana anak pada umumnya. Roger mengerat apa pun. Ia mengira pensil yang
dikunyahnya bernama kesabaran.
Roger juga
menunjuk foto Puteri yang menikah dengan sang Pangeran kerajaan yang dimuat
Koran Daily Scourge. Roger mengaku mengenal sang putri, “Namanya Mary Jane, aku
kenal dia.” Padahal koran itu menyebut nama sang putri dengan Aurelia. Petualangan
Roger dimulai ketika ia hilang dari tempat Filsuf Royal yang mengamati tingkah
Roger sebagai bahan penelitiannya. Roger menghilang, lalu dipungut oleh Mr.
Tapscrew, seorang pemilik pertunjukan orang-orang aneh di pasar malam. Roger
didandani mirip tikus.
Ketika ia
menghilang lagi, ada sebuah kasus yang melibatkan Roger, sebuah gerombolan
pencuri yang terencana. Tubuhnya yang kurus membuat ia diajak menjadi maling
yang lihai. Hingga sebuah kejadian mengerikan terjadi, seluruh kota digemparkan
dengan isu tentang monster mengerikan yang gentayangan di gorong-gorong.
Pengadilan akan mengadili dan menjatuhkan eksekusi kematian pada monster itu. Padahal
Roger cuma anak laki-laki biasa, walaupun kebiasaannya mirip tikus. Hanya tiga
orang memercayai versi ini. Dan hanya seorang yang tahu siapa sebenarnya Roger.
Dapatkah Joan dan Bob mencari cara menolong Roger? Apa hubungan Roger dengan
Mary Jane, sang puteri?
***
Philip Pullman
dikenal sebagai penulis best seller asal Inggris. Ini pertama kalinya saya
membaca karyanya. Penulis buku anak yang fantastis, kesan pertama yang meski
awalnya membuat kepala saya pusing karena heran. Keabsurdan ceritanya memukau
dari awal hingga akhir. Cepat dan cerdas,
juga memancing tawa, itu komentar New York Times. Saya sepakat dengan hal
itu. Apalagi terjemahannya halus dan lincah.
Awal-awal saya
mengira si Roger ini beneran gila. Dalam arti yang sebenarnya. Ia mungkin
berhalusinasi sebagai seekor tikus. Tidur dan makan seperti tikus, ia juga
menggeliut mirip tikus. Tapi setelah akhir yang mencengangkan, saya berpikir
lain. Eh, mungkin ini semacam kisah fantasi yang diambil dari kisah Cinderella.
Bila Mary Jane adalah puteri yang berdansa dengan pangeran lalu menghilang
bersama dengan kereta kudanya, maka Roger adalah tikus yang diubah menjadi
pesuruh sang puteri. Ketika Mary Jane yang kisahnya mirip Cinderella ini pulang
tergesa dengan keretanya, Roger tertinggal hingga tidak bisa berubah wujud
menjadi tikus lagi. Kedengaran seperti kisah lanjutan dari Cinderella kan?
Tapi tentu ini
hanya tebakan saya saja, karena Philip membuat kisahnya menggantung tanpa
memberikan fakta yang sebenarnya terjadi. Jadi, sampai akhir cerita tak ada
yang tahu apa benar omong kosong Roger tentang kisah “Dulu, aku tikus!” adalah
kenyataan. Kalau tidak nyata, berarti Mary Jane hanya bersikap “berpura-pura”
demi menyembuhkan Roger, mirip kisah yang saya baca di “Istana Air” karya Ary
Nilandari. Di mana anak-anak kadang memiliki khayalan tingkat tinggi, hanya
orang yang bisa masuk ke dalam khayalan merekalah yang bisa berkomunikasi
dengan lancar tanpa hambatan.
Bagian yang
paling saya suka yaitu saat Bob dan Joan bercanda tentang gerbong tua. Analogi
yang unik untuk menggambarkan betapa mereka terlalu lama mendamba anak hadir
dalam pernikahannya selama 32 tahun. Sebuah dialog cerdas yang membuat saya
tertegun kala membacanya. Inilah dialognya :
“Kurasa sekarang kita memiliki tujuan hidup.
Selama bertahun-tahun kita bergulir terus seperti sepasang gerbong kereta tua.
Aku tak memikirkan apa-apa selain sol, hak sepatu, dan harga kulit. Tapi ketika
seorang anak kecil mengetuk pintu kita, aku bagai terhantam, sungguh. Sekarang
dia lenyap dan aku tak mau bergulir terus di jalur lurus sampai ke kubur. Ada
hal lebih baik yang bisa kulakukan. Kau bersamaku, gadis tua?”(hlmn. 164)
“Kau lelaki tua yang konyol. Dan berani
sekali kau bertanya apakah aku bersamamu. Jika tidak ingin selalu bersamamu
sampai ke gudang kereta, Bob Jones, aku sudah lama pergi.”(hlm. 165)
Ada
juga obrolan Roger dengan Filsuf Royal tentang kekuatan mengingat.
“Begitu belajar mengingat, kau tidak perlu
mencatat. Kau bisa menyimpan semuanya di dalam kepalamu. Takkan butuh banyak
tempat. Asal kau melipat semuanya sampai rata. Aku pernah melihat Joan
melakukan itu pada seprai, dan kupikir, itu ide yang bagus. Maka aku melipat
dan menyetrika semua hal di dalam kepalaku, lalu menumpuknya dengan rapi. Aku tahu
di mana semua berada.”(hlm. 79)
Juga suka
dengan quotes ini.
“Menurutku, yang terpenting bukanlah apa
dirimu, tapi apa yang kaulakukan.”(hlm. 240)
“Sulit sekali jadi manusia, tapi tidak
terlalu sulit jika kau berpikir kamu memang manusia. “(hlm.249)
Obrolan di
akhir cerita yang membuat kisah ini terasa lebih manusiawi dan alami. Haha. Ya,
overall, saya suka kisah absurd ini.
5 bintang untuk petualangan yang seru.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^