Langsung ke konten utama

[Resensi Komik] Prayers in The Emergency Room Vol. 2 - Tamayo Koyasu

 



Judul Buku : Prayers in The Emergency Room Vol. 2

Penulis : Tamayo Koyasu

Alih bahasa : Elan Wahyudi

Penerbit : m&c!

Terbit : 2017

Tebal : 224 halaman

ISBN : 978-602-4283490

Genre : komik remaja (17+)

Rating : 4/5 ⭐

Harga buku : Rp 25.000

Beli komik jepang di Gramedia.com


❤️❤️❤️



[Sinopsis Komik] Prayers in The Emergency Room Vol. 2 : 



Di Pusat Gawat Darurat Rumah Sakit Aobadai, ada seorang dokter biksu.


Shoen Matsumoto namanya, bekerja sebagai dokter merangkap biksu. Masalah yang dihadapinya bukan hanya pasien yang berada di ambang hidup dan mati. 


Keluarga yang menolak operasi, dokter magang yang keras kepala, pria paruh baya dan istri barunya, seorang gadis yang kecelakaan, kisah pilu seorang lansia, dan juga penganiayaan anak.


Apakah ilmu kedokteran maupun ajaran Buddha tak dapat menyelamatkan manusia? 


Di tengah kegundahan dan kebingungan, ia merenungkan arti sebuah nyawa! 


❤️❤️❤️


[Resensi Komik] Prayers in The Emergency Room Vol 2 : 


Apa kamu pernah membaca komik Jepang bertema kedokteran? Tema ini sepertinya kurang familier ya. Saya hanya pernah sekali baca komik Jepang dengan tema serupa berjudul Dr. Kotto


Nah, kali ini dokter yang bertugas di UGD RS Aobadai adalah dokter sekaligus biksu bernama Dr. Matsumoto. 


Bisa dibilang, Dokter Matsumoto ini agak nyeleneh karena pengen menerapkan ajaran buddha, tapi kok ya di rumah sakit yang notabene banyak pasien sedang sekarat. Bahkan suatu hari ada pasien menanyakan mengapa ia mengenakan pakaian biksu saat bertugas sebagai dokter. 


Meskipun pakai pakaian biksu hanya sesekali ditampilkan. Tapi rasanya aneh juga ya kalo ada biksu yang bekerja sebagai dokter. Tapi point tentang biksu ini memang menjadi daya tarik karena unik aja lihat ada dokter yang biksu juga. 



"Jika engkau berdoa dengan hati yang murni walau hanya sekejap, perasaanmu akan tersampaikan dan Buddha mana pun akan mengulurkan tangannya untuk menyelamatkanmu."


"Dunia adalah makan, buang air, tidur, bangun. Sungguh kata-kata bijak dari biksu Ikkyu."


Di beberapa kejadian, dokter Matsumoto memang bertugas sebagai pembaca doa bagi orang yang sekarat di UGD. UGD jadi tempat yang sangat ditakuti oleh orang-orang, bahkan dokter dari poli lain juga sangat pilih-pilih pasien yang dipindahkan dari UGD.


"Apa?! Minta pindah departemen? Lagipula ini tak bisa ditangani departemenku. Kami tak bisa terima pasien."

"Unit gawat darurat tidak pernah menolak pasien... Kami percaya semua pasien harus diterima. ICU sudah penuh, bangsal pengawasan juga tidak bisa mengirim pasien yang bisa ditangani departemen bapak."

"Dasar UGD! Sekalinya dapet pasien yang menyusahkan, dilemparnya ke bangsal."

"Hei, apanya yang pasien menyusahkan!? Departemenmu jangan pilih-pilih pasien dong!"

"Ka, kami juga punya masalah sendiri!"

"Apa kau merawat pasien yang gampang-gampang saja?"

"Kalau masih tidak puas, bawa pasiennya sini! Akan kuturunkan demamnya."


Katanya, dokter dari poli lain khawatir kalau pasien yang dipindahkan dari UGD itu pasien dengan tingkat kritis yang tinggi. Bisa susah penanganannya gitu. 


Memang kasus pasien UGD banyak yang berat, bahkan fatal sampai antara pasien hidup dan mati alias koma selama berbulan-bulan. Bahkan kadang bikin rumah sakit bangkrut karena tidak tercover asuransi. Ya, namanya bisnis kesehatan tetap saja harus ada balancenya ya. 


"Kau tidak berhak mengomel! Departemenmu itu yang bikin rumah sakit rugi, tahu!"

"Dokter itu memang selalu begitu, padahal UGD sudah dibenci semua departemen lain."


Pernah ada kasus seorang lansia yang jatuh sakit dan dirawat di RS. Selama 3 bulan harus menggunakan selang di tenggorokannya untuk bernafas. Yang bikin khawatir adalah setelah 91 hari, pasien harus dipindah ke rumah sakit lain. 


Saya baru tahu soal batas maksimal penggunaan RS oleh pasien dengan penyakit berat ini. Soalnya selama ini kalau di drakor, ada pasien koma tetap dirawat bahkan ada yang sampai 13 tahun dirawat di rumah sakit yang sama. Jadi, gimana tuh? Kok bisa beda gini ya. Hehe. Atau karena drakor fiksi, jadi bisa kayak gini. 😅


Doc : shopee


Anyway, kasus lain banyak yang bikin merinding juga. Soalnya kasus UGD memang berat, bahkan pasien tenggelam saja bisa sampai sekarat kalau tidak langsung ditangani dalam 20 menit pertama. Intinya sih, kalau kelamaan bisa mati. 😥


Namanya gawat darurat ya harus cepat penanganannya, kadang ditangani di jalan di dalam ambulans, tapi orangnya keburu sekarat. Sampai rumah sakit sudah susah ditangani, meskipun ada juga keajaiban dalam beberapa kasus. 


Oiya, ada kasus berat yang bikin saya merinding. Ini cerita tentang anak perempuan yang karena kasus penganiayaan. Kakak adik kena penganiayaan, padahal usianya baru 11 tahun. Adiknya jauh lebih kecil, sekitar 8 tahun. 


Sayangnya, kakaknya keburu meninggal karena ternyata dia mengalami pendarahan akibat hamil. 


Ngeri banget kan, gimana ceritanya dianiaya bapak tiri sampe hamil gitu. Serem. Sayangnya, gurunya nggak bertindak lebih cepat, padahal kalau tahu, si anak bisa dapat perlindungan dari sekolah. 



"Penganiayaan sering mengancam kelangsungan hidup banyak pasien. Yang dibawa ke unit gawat darurat merupakan korban penganiayaan berat. Ditambah lagi, korban penganiayaan sulit diidentifikasi, sulit ikut campur, dan orang lain sering pura-pura tidak tahu. Padahal nyawa yang kecil ini, berjuang mati-matian untuk tetap hidup. Kenapa tidak bahu-membahu saling membantu saja? Kenapa rasa sakit tak bisa ikut dirasakan pelakunya?"


Ada juga kasus seorang anak SD tenggelam karena melindungi tempat pensil kesayangannya yang dibuang ke sungai oleh teman sekolahnya. Padahal dia nggak bisa berenang. Akhirnya, anak itu tenggelam. Dia koma sampai akhirnya keajaiban datang. Syukurlah… dia bisa pulih dan sehat lagi. Fiuh, ikut deg-degan baca kisah ini.


Ada kisah istri yang nggak mau menemani merawat pasien. Malah mau menghentikan operasi karena khawatir kalau dia harus merawat suaminya yang cacat seumur hidupnya. Dilema ya, kalau ditangani bisa lumpuh atau cacat, tapi nggak ditangani hanya menunggu waktu kematian tiba. 


Ada lagi suami yang botak dan malu karena dokter melepas wignya waktu mau penanganan pasien. Namanya kondisi darurat memang harus steril. Nggak ada benda asing yang ada di sekitar tubuh pasien. 


Eh, pas pasiennya bangun dia shock karena wignya nggak ada. Dia sampe bikin para dokter dan perawat kewalahan. Katanya dia malu ketemu dengan istrinya dalam kondisi nggak pake wig.


Ya, buat detail ceritanya, kamu bisa baca sendiri komiknya ya. 😄



🌼🌼🌼



Judul asli komik ini adalah Byoshitsu De Nenbutsu O Tonaenai De Kudasai 2. Versi komik Jepangnya diterbitkan oleh Shogakukan. Komik bertema kedokteran ini sangat detail dalam menggambarkan kasus per kasus setiap kejadian yang ada di UGD RS Aobadai. 


Prayers in The Emergency Room vol 2
Doramanya sudah tayang di Jepang tahun 2020


Ada banyak istilah medis yang digunakan dalam komik Prayers in The Emergency Room Vol. 2 yang bertema kedokteran ini. Penulis membuat notes kecil di bawah halaman atau kadang di sela-sela panel komik. Tujuannya untuk membantu pembaca lebih memahami apa yang dimaksud oleh penulis komik ini. 


Oiya, komik ini sudah tayang dalam bentuk dorama Jepang dengan judul yang sama. Dorama ini tayang di tahun 2020 selama 10 episode. Tonton ya kalau kamu berminat!


Kayak gini penampilan dokternya di ruang RS. Unik ya, hehe


Nah, apa saja istilah medisnya? Simak ya! 


❤️❤️❤️



Daftar istilah medis yang digunakan dalam komik Prayers in The Emergency Room Vol. 2 ini : 


  • Ventricular fibrillation : kondisi denyut jantung tak beraturan dan dapat mengakibatkan jantung berhenti bila dibiarkan beberapa detik. 
  • Sinus : detak jantung normal.
  • High-energy Trauma : luka disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, atau kecelakaan di pabrik.
  • Second call : laporan berisi informasi hasil pengamatan keadaan dan kondisi vitalitas pasien lebih rinci dari isi panggilan first call.
  • Angiography : teknik proyeksi medis untuk memperlihatkan keadaan isi tubuh manusia termasuk pembuluh darah dan organ.
  • Tissue-plasminogen Activator : penghancur sumbatan darah, digunakan untuk mengobati stroke. Dapat menjadi mematikan apabila diberikan seminggu setelah serangan.
  • External CPR : mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru dari luar tubuh pasien menggunakan PCPS.
  • Appendicitis Perforation : lubang di dinding luar usus dikarenakan radang usus buntu yang dibiarkan terlalu lama.


❤️❤️❤️


Quotes Favorit : 


"Jika membalas dendam dengan dendam, dendam takkan hilang. Dendam akan hilang dengan membuangnya." 

- Dhammapada


"Membalas dendam dengan dendam, tak akan membuat hati tenteram. Lawan diri sendiri. Keluarkan keberanian. Maafkan musuhmu... hal yang sulit dilakukan."


❤️❤️❤️


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com