Langsung ke konten utama

Review Buku Jepang "Kitchen" karya Banana Yoshimoto - Menyembuhkan Duka Melalui Makanan


Review Buku "Kitchen" karya Banana Yoshimoto (1988) : 


Kitchen, sebuah karya gemilang dari penulis Jepang, Banana Yoshimoto, yang pertama kali terbit pada tahun 1988, telah menjadi penanda penting dalam dunia sastra Jepang kontemporer. 

Dengan menggabungkan elemen emosional, kehidupan sehari-hari, dan keajaiban seputar dapur, Banana Yoshimoto membawa pembaca dalam perjalanan yang unik dan memikat.

Dua cerita, "Kitchen" dan "Moonlight Shadow," diceritakan melalui sudut pandang sepasang wanita muda Jepang kontemporer, mengangkat tema ibu, cinta, transeksualitas, dapur, dan tragedi.

Sinopsis Buku "Kitchen" karya Banana Yoshimoto : 

 

Dalam "Kitchen," kita diperkenalkan dengan Mikage Sakurai, seorang wanita muda yang kehilangan keluarganya. 

Yoshimoto menyajikan cerita dengan latar belakang kota Tokyo yang penuh warna dan atmosfer yang kuat. 

Kehidupan sehari-hari, kehilangan, dan pencarian identitas menjadi benang merah yang mengikat kisah ini.

Ceritanya berputar di sekitar hubungannya dengan dapur, tempat di mana dia menemukan kenyamanan dan arti dalam kehidupan yang seringkali keras. 

Pergulatan emosional Mikage dengan kesendirian dan pencariannya akan makna hidup menjadi pusat dari novel ini.




Keindahan Narasi Novel Kitchen

Banana Yoshimoto (よしもと ばななor吉本 ばなな) adalah nama pena Mahoko Yoshimoto (吉本 真秀子), seorang penulis kontemporer Jepang. 

Kitchen, karya Banana Yoshimoto yang diterbitkan pada tahun 1988, tetap menjadi salah satu karya sastra Jepang yang ikonik hingga saat ini. 

Dengan gaya penceritaan yang khas dan sentuhan emosional yang mendalam, buku ini telah menarik perhatian pembaca dari berbagai kalangan. 

Banana Yoshimoto menghadirkan keindahan dalam setiap kata. Dengan gaya penulisan yang ringan namun sarat makna, pembaca dihanyutkan dalam keseharian Mikage yang penuh perubahan dan keajaiban. 

Narasi yang ditulis oleh Banana Yoshimoto menghadirkan nuansa tradisional Jepang yang memikat dan membuat "Kitchen" menjadi pengalaman membaca yang mendalam.


Filosofi Dapur dalam Novel Kitchen 


Jika suatu hari tiba waktuku mati, aku ingin mengembuskan napas terakhirku di dapur. Tak peduli dapur itu dingin sekali dan aku sendirian, atau dapur itu hangat dan ada orang yang menatapku. Di sana aku ingin menatap kematian tanpa rasa takut. Tentu menyenangkan mati di dapur.


Dapur, sebagai simbol kehidupan dan kebersamaan, menjadi elemen penting dalam cerita ini. Mikage sering menghabiskan waktu di dapur karena ia menemukan kenyamanan di sana. 


Suara kulkas yang berdengung membuatnya bisa tidur di malam hari saat ia mengalami duka yang mendalam setelah neneknya meninggal. 


Mikage juga memasak makanan untuk Yuichi dan Eriko Tanabe yang mengajaknya tinggal di apartemennya. Sebagai ganti uang sewa, Mikage memasak makanan untuk keluarga kecil itu. 


Mikage menemukan kedamaian dan rasa nyaman saat ia memasak. Selama 6 bulan, ia memasak untuk keluarga Tanabe. Karena kecintaannya pada memasak inilah, Mikage lekas pulih dari duka dan bisa menata hidupnya lagi. Ia pun bekerja sebagai asisten guru masak. 


Sebelumnya, Mikage sempat merasakan kehampaan yang sangat gelap. Dunianya serasa suram dan tanpa warna. Neneknya meninggal dan membuatnya menjadi anak yatim piatu. 


Nenek meninggalkan wasiat agar Yuichi Tanabe bisa membantu Mikage di masa sulit. Saat itulah tawaran tinggal bersama keluarga Tanabe datang. 


Meskipun sikap Eriko dan Yuichi bisa dibilang ganjil dan aneh, karena mengijinkan orang asing tinggal. Namun, rasa riang yang ganjil itu yang membuat Mikage masih tetap bertahan tinggal di apartemen Tanabe.


Novel Kitchen


Bulan berganti bulan dan di klubnya, Eriko menjadi korban pembunuhan. Eriko dikuntit orang yang marah karena statusnya sebagai transgender. 


Entah kenapa sosok Eriko mengingatkanku dengan Lucinta Luna. Saking cantiknya sampai bikin pangling dan terpesona, padahal aslinya lakikk. Mana suaranya juga berat banget. Ngebass gityuu 😆😅


Keadaan keluarga Tanabe pun berubah. Kini, justru Mikage yang membantu Yuichi menghadapi kehilangannya. 


Mikage membantu Yuichi melewati dukanya. Bahkan, ia rela mengirim makanan ke penginapan dengan taksi di suatu malam di musim dingin. 


Dalam perjalanan hidup mereka yang dipenuhi dengan makanan dan impian Mikage, Banana Yoshimoto menggambarkan hubungan Mikage dan keluarga Tanabe dengan lembut dan hangat.


Meskipun tampak suram, kisah Mikage dan Yuichi berakhir dengan harapan yang menghangatkan hati. Ini ending yang membuat pembaca mendapatkan keyakinan bahwa mereka akhirnya mampu mengubah takdir mereka.


Banana Yoshimoto dengan lihai menggambarkan bagaimana kegiatan sederhana seperti memasak dapat menjadi bentuk terapi, penyembuhan, dan hubungan dengan dunia sekitar baik teman maupun rekan kerja. 


Melalui narasi ini, "Kitchen" menawarkan pandangan filosofis tentang kehidupan sehari-hari. Meskipun sangat disayangkan ada bagian yang membahas transgender yang membuatnya jadi terasa menormalisasi ketidaknormalan. 


Di bab Kitchen, kisah ini jadi terasa ambigu ketika Eriko menulis surat wasiat. Eriko justru bersikap seolah ia adalah laki-laki, meskipun tampilannya sudah berubah menjadi perempuan. Saya jadi bertanya-tanya mengapa penulis menuliskan hal ini. 


Well... Apakah artinya penulis sebenarnya ingin bilang bahwa duka yang mendalam bisa mengubah manusia menjadi "monster" atau sosok lain yang sangat berbeda dengan diri kita sebenarnya? 


Dengan begini, hal ini justru memberi penegasan bahwa pada dasarnya manusia seperti Eriko memiliki fitrah yang tak akan menghilang meskipun sudah berganti kelamin. 


Eriko merasa risih dan mengingatkan Mikage bahwa ia tinggal dengan laki-laki. Jadi seharusnya ia berhati-hati dalam bersikap.




Buku Kitchen ini berisi 2 kisah, yaitu Kitchen dan Moonlight Shadow. Jika Kitchen berkisah tentang duka yang dialami Mikage, kisah Moonlight Shadow berkisah tentang 2 orang yang berduka karena kekasihnya meninggal. 


Moonlight Shadow lebih bernuansa gloomy dan membuat suasana menjadi lebih sendu. Meski begitu, Moonlight Shadow menggambarkan suasana seperti mimpi yang dinarasikan dengan indah.


Mimpi-mimpi ini berhubungan dengan cerita kedua Yoshimoto, Moonlight Shadow. Satsuki baru berusia dua puluh tahun ketika pacarnya selama empat tahun, Hitoshi, meninggal dalam kecelakaan tragis. Karena tidak mampu mengatasinya, dia beralih ke joging untuk mengusir pikiran sedih. 


Duka yang dialami tak main-main. Yang satu kehilangan lelaki yang dicintainya, yang satu kehilangan kakak dan kekasihnya. 


Duka yang digambarkan juga sangat mendalam. Membuat adik Hitoshi yaitu Hiiragi menjadi bersikap seperti trangender alias waria. Hiiragi sering memakai pakaian rok milik kekasihnya yang meninggal. 


Sedangkan Satsuki, gadis yang mencintai Hitoshi justru sering menghabiskan waktu dengan berlari joging di pagi hari.


Saat pagi inilah, bayangan Hitoshi sering muncul dalam pikirannya, membuat nuansa nostalgia menjadi sendu. Padahal itu hanya bayangan saja. Namun, suatu hari ada kejadian unik yaitu Satsuki bertemu Urara yang bilang bahwa ia ingin mengganti tumblernya yang jatuh di sungai. 


Jembatan sungai inilah yang menjadi jembatan antara kenyataan dan khayalan yang dirasakan Satsuki. Gadis itu sering menghabiskan waktu meminum teh di ujung jembatan demi bisa bernostalgia melihat bayangan Hitoshi.


Ending kisahnya sungguh menghangatkan hati. Baik untuk bab Kitchen maupun Moonlight Shadow. Depresi yang dialami oleh para tokohnya pun akhirnya perlahan sirna dan berganti menjadi harapan.


Masing-masing tokoh akhirnya menemukan kedamaian dalam penerimaan akan takdir yang tak bisa diubah lagi. 


Mereka menerima bahwa duka memang selayaknya perlu dirasakan agar hidup bisa terus berjalan. 


Nasib adalah sebuah tangga di mana kamu tidak boleh melewatkan satu anak tangga pun. Melewatkan satu langkah saja berarti kamu tidak akan pernah mencapai puncak.




Kutipan Novel Kitchen - Banana Yoshimoto : 


"Sekarang aku bisa dengan mudah mengucapkannya; dunia ini ada bukan hanya untukku. Karena itu, rasio pertemuan dengan kejadian-kejadian buruk tetap tidak berubah. Bukan aku yang memutuskan. Jadi, sebaiknya tetaplah bersikap ceria."

-Eriko Tanabe-


"Untung dan sial adalah hal biasa, tapi mempercayakan diri kepada peruntungan semacam itu adalah sikap manja."

-Mikage Sakurai-


Di tengah hujan berkah, aku berdoa, seolah-olah itu adalah sebuah himne: Biarkan aku menjadi lebih kuat.”


“Setiap orang yang kita cintai sedang sekarat. Tetap saja, berhenti hidup adalah hal yang tidak bisa diterima.”


"Seiring bertambahnya usia, jauh lebih tua, aku akan mengalami banyak hal, dan aku akan mencapai titik terendah lagi dan lagi. Berkali-kali aku akan menderita; lagi dan lagi aku akan bangkit kembali. Aku tidak akan dikalahkan. Aku tidak akan membiarkan semangatku hancur."


Kelebihan Novel Kitchen Karya Banana Yoshimoto : 


Salah satu aspek menarik dari "Kitchen" adalah gaya penceritaan Banana Yoshimoto yang unik. Dengan narasi yang sederhana namun penuh makna, pembaca diundang untuk merenungkan kehidupan dan artinya. 

Bahasa yang digunakan Yoshimoto memiliki kelembutan dan kehangatan yang mampu membuat pembaca merasa dekat dengan karakter-karakternya.


Dari lubuk hatiku, aku ingin menyerah; Aku ingin menyerah untuk hidup. Tidak dapat disangkal bahwa hari esok akan datang, lusa, dan minggu depan juga. Aku tak pernah mengira akan sesulit ini, tapi aku akan terus hidup di tengah depresi yang suram, dan itu membuatku merasa mual hingga ke lubuk jiwaku yang terdalam. Meskipun badai berkecamuk dalam diriku, aku berjalan di jalan malam dengan tenang.

 

Banana Yoshimoto mampu menangkap esensi kehidupan sehari-hari dengan detail yang menyentuh hati. 

Cerita cinta yang tumbuh di antara karakter, hubungan yang menguatkan, dan penerimaan terhadap perubahan hidup memberikan warna yang mendalam pada narasi ini.




Penghargaan Atas Novel Kitchen : 


Sejak pertama kali diterbitkan, "Kitchen" telah menerima berbagai penghargaan dan pujian. Alur cerita dan para tokoh karakter yang dirancang dengan baik membuat buku Kitchen ini meraih tempat khusus di hati pembaca. 

Kitchen meraih penghargaan antara lain : Nihon University Department of Arts Prize (1986), Kaien magazine New Writer Prize (1987), Mishima Yukio Prize 三島由紀夫賞 Nominee (1988)

Pengaruhnya dalam sastra Jepang dan internasional juga menjadi bukti keberhasilan karya Yoshimoto ini. 

Novel Kitchen ini membawa nama Banana Yoshimoto menjadi penulis Jepang yang layak untuk diperhitungkan di kancah sastra dunia. 


Apa saja karya karya Yoshimoto Banana?


Karya karya Yoshimoto Banana yang lain adalah Goodbye Tsugumi (1989), Asleep (1989), Moonlight Shadow (1986), NP (1990), Amrita (1994), Kanashi (1988) dan masih banyak yang lainnya.


Isu Kehilangan dan Filosofi Hidup dalam Novel Kitchen Masih Relevan Hingga Hari Ini


Novel "Kitchen" tidak hanya sekadar kisah kehilangan, tetapi juga merupakan eksplorasi mendalam tentang perasaan, hubungan, dan makna hidup. 

Banana Yoshimoto memasukkan elemen-elemen filosofis dan spiritual, memberikan dimensi yang lebih dalam pada setiap lapisan cerita. 

Tema-tema seperti keberanian menghadapi perubahan dan daya tahan dalam mengatasi cobaan hidup sangat terasa dalam setiap halaman.

Meskipun pertama kali diterbitkan pada tahun 1988, "Kitchen" tetap relevan hingga saat ini. 

Tema-tema universal seperti kehilangan, kesepian, dan pencarian makna hidup membuatnya tetap dapat dinikmati oleh pembaca dari berbagai lapisan masyarakat.


...kalau manusia sama sekali tidak pernah merasa putus asa, kita tidak akan tahu bagian mana dari diri kita yang tak sanggup kita singkirkan. Lalu kita akan tumbuh dewasa tanpa benar-benar mengerti apa saja yang membuat kita gembira. Aku bahagia karena bisa menderita. 




Kesimpulan : 


"Kitchen" karya Banana Yoshimoto adalah sebuah karya seni sastra Jepang yang patut diapresiasi. 

Dengan menghadirkan keindahan dalam sederhana, filosofi dapur, dan kisah yang menyentuh hati, Yoshimoto berhasil menciptakan karya abadi yang melampaui batasan waktu. Sebuah perjalanan emosional yang tak terlupakan, 

"Kitchen" mengajarkan kita bahwa terkadang, makna hidup dapat ditemukan di tempat-tempat paling sederhana sekalipun.




"Kitchen" bukan hanya sekadar buku, tetapi sebuah pengalaman membaca yang memikat hati. Banana Yoshimoto mampu meramu cerita yang sederhana menjadi sesuatu yang luar biasa melalui kepekaan dan kedalaman emosionalnya. 

Bagi mereka yang menghargai sastra Jepang, karya ini layak menjadi bagian dari koleksi mereka.

Dengan tema yang bersifat universal, "Kitchen" tidak hanya menjadi kebanggaan sastra Jepang tetapi juga menyentuh hati pembaca di seluruh dunia. 

Apakah kamu seorang penggemar sastra atau sedang mencari bacaan yang menginspirasi, karya Banana Yoshimoto ini patut untuk dijelajahi. 

Selamat membaca ya! ❤️


❤️❤️❤️


Biodata Buku : 


Judul Buku : Kitchen

Penulis Buku : Banana Yoshimoto

Penerbit :  Grove Press

Terbit : versi kindle, 2017

Tebal : 152 halaman

ISBN : 9780802115164

Terbit Pertama : 30 Januari 1988

Original title  : キッチン [Kitchin]

Setting : Tokyo (Japan), Isehara (Japan), Shimoda (Japan)

Characters : Mikage Sakurai, Yūichi Tanabe, Eriko Tanabe, Satsuki, Urara, Hiiragi

Usia membaca: 21 tahun

Bahasa : Inggris

Genre buku : japan literature

Rating buku: 4/5 🌟


Baca dan download ebook Kitchen Banana Yoshimoto di aplikasi Libby 

Pinjam ebook pakai ecard Montgomerry County Public Libraries




❤️❤️❤️


Sinopsis Buku : 

Banana Yoshimoto's novels have made her a sensation in Japan and all over the world, and Kitchen, the dazzling English-language debut that is still her best-loved book, is an enchantingly original and deeply affecting book about mothers, love, tragedy, and the power of the kitchen and home in the lives of a pair of free-spirited young women in contemporary Japan. 

Mikage, the heroine of Kitchen, is an orphan raised by her grandmother, who has passed away. Grieving, she is taken in by her friend Yoichi and his mother (who was once his father), Eriko. 

As the three of them form an improvised family that soon weathers its own tragic losses, Yoshimoto spins a lovely, evocative tale that recalls early Marguerite Duras. 

Kitchen and its companion story, "Moonlight Shadow," are elegant tales whose seeming simplicity is the ruse of a writer whose voice echoes in the mind and the soul.


Baca juga : 

Resensi Buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya Karya Keigo Higashino

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) karya Toshikazu Kawaguchi

Resensi Buku Almond karya Sohn Won-Pyung


Komentar

  1. Mbak, aku baca ini tuh kaya baca review film.
    Ikut tegang, ikut sedih, ikut berduka
    Bahkan aku yang ngga suka aktifitas di dapur ikut terhanyut dan membayangkan mendadak dapur jadi tempat yang nyaman.

    Kalau ngomongin anak yatim emang kisah yang selalu menarik diceritakan...

    BalasHapus
  2. Pas liat sampulnya langsung ngebatin, "waduh jadul amat desainnya" eh ternyata emang terbit tahun 88! Dan senang pas tahu ada versi Indonesianya dengan kaver yang jauh lebih cakep.

    Ide dasar ceritanya aku suka. Aku emang demen film-film bertema dapur/makanan/masakan. Tapi untuk novel terus terang belum pernah baca (padahal di rumah ada novel The Kitchen God's Wife haha cuma belom tersentuh).

    BalasHapus
  3. "Kitchen" karya Banana Yoshimoto memang juara banget! Dari cerita kehilangan, dapur yang jadi oase ketenangan, sampai filosofi hidup yang dalam, semuanya disajikan dengan indah. Suara kulkas yang berdengung sampai kehangatan makanan, semuanya terasa hidup. Endingnya, meski ada kehilangan, tapi memberikan harapan yang menghangatkan hati. Jadi pengen meresapi keindahan narasi yang unik dan penuh makna dari Banana Yoshimoto. 📚❤️

    BalasHapus
  4. Judulnya simpel, tapi isinya ngena banget, hal sederhana seperti memasak ternyata dapat menjadi bentuk terapi dan penyembuhan. Setelah baca-baca quotes yang di share di blog ini, jadi makin yakin buat beli buku ini

    BalasHapus
  5. Keren karakter Mikage ini karena cara move on nya lewat memasak, yang mungkin bisa tidak terpikirkan oleh yang lain ketika terpuruk ya

    BalasHapus
  6. Baca sinopsis ini serasa nonton film alurnya beruntun Dan ngena banget apalagi banyak quotes yang favorite banget.. udah lama rasanya gak baca-baca buku jadi pengen ngoleksi buku lagi lagi

    BalasHapus
  7. Bukunya realis banget yaah..
    Aku ngerasa sang penulis memang berusaha menerima duka, sedih ataupun perasaan senang yang hadir dalam hidupnya, tapi sekaligus juga memaknai perasaan-perasaan tersebut.

    Aku suka quote-quotenya.
    Gak begitu muluk-muluk, tapi sejatinya, manusia pasti setidaknya beberapa kali melewati masa sulit dalam hidup yang diibaratkan sebagai anak tangga.

    Apakah ada rencana untuk membahas buku Moonlight Shadow. secara terpisah, La?

    BalasHapus
  8. wah ada di aplikasi Libby, install ah pingin baca juga
    Soalnya Mbak Kiki nih nulis resensi seperti kita di ajak masuk ke dunianya Banana Yoshimoto deh
    Bikin penasaran pingin berlama-lama di sana

    BalasHapus
  9. Buku tipe seperti ini tuh long-lasting banget. Cerita tentang mendalami makna hidup dan bagaimana kita menerima hidup sesuai takdir adalah satu isu yang selalu menarik di sepanjang jaman. Apalagi jika sang penulis mampu menghadirkan ribuan diksi yang bisa melembutkan hati setiap pembacanya dengan beberapa karakter yang menghidupkan cerita itu sendiri. Jadi tertarik pengen baca deh.

    BalasHapus
  10. Wah kok menarik ceritanya
    Apalagi dituturkan dengan hangat ya mbak
    Pembaca jadi lebih menikmati dan terhanyut dengan ceritanya
    Jadi penasaran pengen baca juga

    BalasHapus
  11. Dua kisah dalam satu buku, wih menarik nih. Jadi beli 1 buku, bisa dapat dua cerita yang berbeda. Namun sama bagusnya.
    Dan Kitchen ini sudah mendapat beberapa penghargaan juga, boleh juga nih dimasukkan ke wishlist buku yang mesti dimiliki tahun ini

    BalasHapus
  12. Banyak banget makna kehidupan yang dapat diambil dan masih sejalan dengan masa sekarang dalam buku Kitchen karangan Banan Yoshimoto ini, ingin ikutan 'tenggelam' juga dalam setiap lembaran ceritanya, secara qoute-nya keren-keren. Setelahnya akan sangat mencerahkan bahwa kehidupan itu tidak berhenti dirasa kehilangan.

    BalasHapus
  13. True banget sih menurutku mbak novel "Kitchen" karya Banana Yoshimoto terkadang kesedihan memang dapat mengubah seseorang ya

    BalasHapus
  14. Baca filosofi dapur dalam novel Kitchen ini kok aku merinding yah kak, saking cintanya dengan masakan dan dapur, ingin meninggal dalam damai di dapur. Bagus banget sih novelnya ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Gadis Kretek by Ratih Kumala

  Judul Buku : Gadis Kretek Pengarang : Ratih Kumala Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Ketiga, Juli 2019 Tebal : 275 halaman ISBN : 978-979-22-8141-5re Rating : 5 bintang Genre : Novel Sastra Indonesia Harga Buku : Rp 75.000 Baca Ebook Gadis Kretek pdf di Gramedia Digital Beli novel Gadis Kretek di Shopee (klik di sini)

[Resensi Buku] Sang Keris - Panji Sukma

  Sang keris Judul : Sang Keris  Pengarang : Panji Sukma Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan Pertama, 17 Februari 2020  Tebal : 110 halaman Genre : novel sejarah & budaya ISBN : 9786020638560 Rating : 4/5 ⭐ Harga buku : Rp 65.000 Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital ❤️❤️❤️

Resensi Buku Funiculi Funicula (Before The Coffee Gets Cold) by Toshikazu Kawaguchi

  Judul   Buku : Funiculi Funicula Judul Asli : Kohii No Samenai Uchi Ni (Before The Coffee Gets Cold) Pengarang : Toshikazu Kawaguchi Alih Bahasa : Dania Sakti Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Cetakan kedua, Mei 2021 Tebal : 224 halaman ISBN : 9786020651927 Genre : Novel Fantasi - Jepang Rating : 4/5 bintang Harga Buku : Rp 70.000 Baca via Gramedia Digital Beli buku Funiculi Funicula di Gramedia.com